KOMUNIKASI
TUGAS II
TEORI
ORGANISASI UMUM 2
SOFTSKILL
Dosen :
Elvia Fardiana
OLEH
Nama :
Sentya Mersita
NPM :
1A114136
KELAS :
2KAO3
SISTEM
INFORMASI
ILMU
KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI
NOVEMBER
2015
KOMUNIKASI
PENGERTIAN KOMUNIKASI
Kata
atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris “communication”),secara etimologis atau menurut asal katanya
adalah dari bahasa Latincommunicatus,
dan perkataan ini bersumber pada kata communis Dalam kata communis ini
memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha yang
memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna.
Komunikasi
secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan
oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang
terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Karena itu merujuk pada pengertian
Ruben dan Steward(1998:16) mengenai komunikasi manusia yaitu:
Human communication is the process through which
individuals –in relationships, group, organizations and societies—respond to
and create messages to adapt to the environment and one another. Bahwa komunikasi manusia adalah
proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok,
organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi
dengan lingkungan satu sama lain.
Untuk
memahami pengertian komunikasi tersebut sehingga dapat dilancarkan secara
efektif dalam Effendy(1994:10) bahwa para peminat komunikasi sering kali
mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication
in Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk untuk
menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut:Who Says What In Which Channel To Whom With
What Effect?
Paradigma
Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur
sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu,yaitu:
1. Komunikator
(siapa yang mengatakan?)
2. Pesan
(mengatakan apa?)
3. Media
(melalui saluran/ channel/media
apa?)
4. Komunikan
(kepada siapa?)
5. Efek
(dengan dampak/efek apa?).
Jadi
berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, secara sederhana proses komunikasi
adalah pihak komunikator membentuk (encode) pesan
dan menyampaikannya melalui suatu saluran tertentu kepada pihak penerima yang
menimbulkan efek tertentu.
JENIS KOMUNIKASI
Untuk
mengetahui komunikasi antara pimpinan perusahaan dengan karyawan komunikasi
dibedakan menjadi tiga menurut jenisnya: (Soejono Trimo, Analisis Kepemimpinan
Angkasa Bandung. 1986)
A.
Downward
Communication
Koordinasi melalui rencana yang
telah dibuat (by plan) yang dapat dikatakan koordinasi itu mencapai bentuk
komunikasi yang akhirnya berjalan kebawah. Komunikasi ini bersifat satu arah
dari pemimpin kepada bawahanya. Informasi yang disampaikan meliputi antara
lain, kebijaksanaan pemimpin, peraturan, ketentuan yang harus diikuti oleh
pekerja. jadwal kegiatan atau program dan alokasi sumber-sumber.
Makin jelas atau pasti suatu kegiatan atau pekerjaan makin kurang bimbingan atau pemrosesaninformasi yang diperlukan, sehingga pemimpin cukup mengkoordinasikan pekerjaan bawahan melalui rencanakerja yang telah disiapkan.
Makin jelas atau pasti suatu kegiatan atau pekerjaan makin kurang bimbingan atau pemrosesaninformasi yang diperlukan, sehingga pemimpin cukup mengkoordinasikan pekerjaan bawahan melalui rencanakerja yang telah disiapkan.
B.
Upward
Communication
Koordinasi melalui umpan balik
(feed back), berarti komunikasi teratur keatas, dari bawahan kepimpinan
terutama dalam melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang bersifat teknis, pemimpin
atau manajer sangat memerlukan input informasi yang berupa laporan, saran dari
bawahan untuk dapat mengkoordinasikan seluruh kegiatan itu.
PROSES
KOMUNIKASI
Secara
ringkas, proses berlangsungnya komunikasi bisa digambarkan seperti berikut.
1. Komunikator (sender) yang mempunyai maksud
berkomunikasi dengan orang lain mengirimkan suatu pesan kepada orang yang dimaksud.
Pesan yang disampaikan itu bisa berupa informasi dalam bentuk bahasa ataupun
lewat simbol-simbol yang bisa dimengerti kedua pihak.
2. Pesan (message) itu disampaikan atau dibawa melalui suatu media atau
saluran baik secara langsung maupun tidak langsung. Contohnya berbicara
langsung melalui telepon,surat,e-mail atau media lainnya.
Jika
salah satu elemen komunikasi tidak ada maka komunikasi tidak akan
berjalan. Ada komponen-komponen dalam komunikasi antara lain :
Ø
Pengirim(Sender=Sumber) adalah seseorang yang
mempunyai kebutuhan atau informasi serta mempunyai kepentinga mengkomunikasikan
kepada orang lain.
Ø
Pengkodean (Encoding) adalah pengirim mengkodean informasi yang akan
disampaikan ke dalam symbol atau isyarat.
Ø
Pesan (Massage), pesan dapat dalam segala bentuk biasanya dapat
dirasakan atau dimengerti satu atau lebih dari indra penerima.
Ø
Saluran (Chanel) adalah cara mentrasmisikan pesan,
misal kertas untuk surat, udara untuk kata-kata yang diucapkan.
Ø
Penerima (Recaiver) adalah orang yang menafsirkan pesan penerima,
jika pesan tidak disampaikan kepada penerima maka komunikasi tidak akan
terjadi.
Ø
Penafsiran kode (Decoding) adalah proses dimana
penerima menafsirkan pesan dan menterjemahkan menjadi informasi yang berarti
baginya. Jika semakin tepat penafsiran penerima terhadap pesan yang dimaksudkan
oleh penerima, Maka semakin efektif komunikasi yang terjadi.
Ø
Umpan balik (Feedback) adalah pembalikan dari
proses komunikasi dimana reaksi kominikasi pengirim dinyatakan.
Didalam
organisasi sangat membutuhkan komunikasi. Adapun jenis- jenis
komunikasi dalam organisasai antara lain :
A.
Komunikasi formal vs
informal
Komunikasi formal adalah
komunikasi yang mengikuti rantai komando yang dicapai oleh hirarki wewenang.
Komunikasi informal adalah komunikasi yang terjadi diluar dan tidak tergantung
pada herarki wewenang. Komunikasi informal ini timbul karena adanya berbagai
maksud, yaitu:
Ø
Pemuasan
kebutuhan manusiawi,
Ø
Perlawanan
terhadap pengaruh yang monoton dan membosankan,
Ø
Keinginan
untuk mempengaruhi perilaku orang lain,
Ø
Sumber
informasi hubungan pekerjaan.
B.
Komunikasi ke bawah vs komunikasi ke atas vs komunikasi lateral
Komunikasi kebawah mengalir dari
peringkat atas ke bawah dalam herarki. Komunikasi ke atas adalah berita yang
mengalir darin peringkat bawah ke atas atas suatu organisasi. Komunikasi
lateral adalah sejajar antara mereka yang berada tingkat satu wewenang.
C.
Komunikasi satu arah dan
dua arah
Komunikasi satu arah, pengirim
berita berkomunikasi tanpa meminta umpan balik, sedangkan komunikasi dua arah
adalah penerima dapat dan memberi umpan balik.
CONTOH
KASUS KOMUNIKASI
Seorang yang benama Pettapuang ingin
berkomunikasi dengan seseorang cewek yang disukainya, yaitu Bollo. Pettapuang
mengatakan bahwa dia suka pada si Bollo. dalam contoh ini si Pettapuang sebagai
sender, sedangkan si Bollo sebagai Receiver. kemudian si pettapuang mengirimkan
pesan dengan berbicara langsung atau melalui Media lainnya lewat ponsel,
facebook,email, atau bahasa simbol sperti memberinya bunga, hadiah atau barang
kesukaan si Bollo. Bollo menerima pesan pettapuang, kemudian Bollo
menerjemahkan isi pesan tersebut dengan memikirkannya. Selanjutnya Bollo akan
memberikan umpan balik dengan menanggapi pesan yang diterima berupa jawaban ya
atau tidak, atau juga bisa diam saja jika ia tidak mengerti.
KOMUNIKASI
EFEKTIF DAN TIDAK EFEKTIF
Cara
membangun komunikasi yang efektif
Pada
pembahasan kali ini akan dijelaskan beberapa hal yang berhubungan dengan
komunikasi yang efektif. Saat berinteraksi dengan orang lain pastinya ada
tujuan yang diharapkan. Tujuan tersebut dapat dicapai bilamana komunikasi dapat
berjalan dengan baik, tidak ada miskomunikasi. Ingatlah bahwa komunikasi
merupakan sebuah aset penting sebagai nilai tambah kepribadian seseorang, oleh
karena itu buatlah pembicaraan anda menjadi komunikasi yang efektif. Berikut
ini adalah beberapa hal yang dapat dipertimbangkan untuk dikembangkan.
a.
Atur
kontak mata
Hal yang pertama yang dilakukan seorang pembicara yang baik adalah menatap lawan bicara dan mengambil jeda untuk memulai sebuah pembicaraan. Ini merupakan salah satu cara yang membantu untuk menciptakan kesan baik pada lawan bicara.
Hal yang pertama yang dilakukan seorang pembicara yang baik adalah menatap lawan bicara dan mengambil jeda untuk memulai sebuah pembicaraan. Ini merupakan salah satu cara yang membantu untuk menciptakan kesan baik pada lawan bicara.
b.
Ekspresi
wajah
Wajah merupakan cermin kepribadian individual. Ekspresi wajah mengungkapkan pikiran yang melintas pada diri seseorang. Misalnya : sebuah senyum mengungkapkan keramah-tamahan dan kasih sayang; mengangkat alis mata menunjukan ekspresi heran; mengernyitkan dahi menyampaikan ketakutan dan kegelisahan.
Wajah merupakan cermin kepribadian individual. Ekspresi wajah mengungkapkan pikiran yang melintas pada diri seseorang. Misalnya : sebuah senyum mengungkapkan keramah-tamahan dan kasih sayang; mengangkat alis mata menunjukan ekspresi heran; mengernyitkan dahi menyampaikan ketakutan dan kegelisahan.
c.
Postur
tubuh
Setiap gerak-gerik tubuh saat berbicara mesti dikoordinasikan dengan kekuatan yang dapat ditangkap secara visual daripada secara verbal.
Setiap gerak-gerik tubuh saat berbicara mesti dikoordinasikan dengan kekuatan yang dapat ditangkap secara visual daripada secara verbal.
d.
Selera
berbusana
Busana memiliki tugas penting dalam menimbulkan kesan. Orang yang berbusana sesuai dengan struktur tubuh mereka nampak lebih menarik.
Busana memiliki tugas penting dalam menimbulkan kesan. Orang yang berbusana sesuai dengan struktur tubuh mereka nampak lebih menarik.
e.
Respect
Yaitu sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang menjadi sasaran pesan yang kita sampaikan.
Yaitu sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang menjadi sasaran pesan yang kita sampaikan.
f.
Emphaty
Empathi adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain.
Empathi adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain.
g.
Audible
Makna dari audible antara lain : dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik.
Makna dari audible antara lain : dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik.
h.
Clarity
Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka yang terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan multi interprestasi atau berbagai penafasiran yang berlainan.
Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka yang terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan multi interprestasi atau berbagai penafasiran yang berlainan.
i.
Humble
Sikap rendah hati. Sikap membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita memiliki.
Sikap rendah hati. Sikap membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita memiliki.
Untuk
mencapai sebuah komunikasi yang efektif, perlulah kita membangun sebuah
komunikasi yang nyaman dan menyenangkan agar mendapatkan tujan yang diharapkan
Komunikasi
tidak efektif
Di
dalam komunikasi selalu
ada hambatan yang dapat mengganggu kelancaran jalannya proses komunikasi.
Sehingga informasi dan gagasan yang disampaikan tidak dapat diterima dan
dimengerti dengan jelas oleh penerima pesan atau receiver.
Menurut Ron Ludlow & Fergus Panton, ada hambatan-hambatan yang menyebabkan komunikasi tidak efektif yaitu adalah (1992,p.10-11) :
1.
Status effect
Adanya perbedaaan pengaruh status sosial yang dimiliki setiap manusia.Misalnya karyawan dengan status sosial yang lebih rendah harus tunduk dan patuh apapun perintah yang diberikan atasan. Maka karyawan tersebut tidak dapat atau takut mengemukakan aspirasinya atau pendapatnya.
Adanya perbedaaan pengaruh status sosial yang dimiliki setiap manusia.Misalnya karyawan dengan status sosial yang lebih rendah harus tunduk dan patuh apapun perintah yang diberikan atasan. Maka karyawan tersebut tidak dapat atau takut mengemukakan aspirasinya atau pendapatnya.
2.
Semantic Problems
Faktor semantik menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator sebagai alat untuk menyalurkan pikiran dan perasaanya kepada komunikan. Demi kelancaran komunikasi seorang komunikator harus benar-benar memperhatikan gangguan sematis ini, sebab kesalahan pengucapan atau kesalahan dalam penulisan dapat menimbulkan salah pengertian (misunderstanding) atau penafsiran (misinterpretation) yang pada gilirannya bisa menimbulkan salah komunikasi (miscommunication). Misalnya kesalahan pengucapan bahasa dan salah penafsiran seperti contoh : pengucapan demonstrasi menjadi demokrasi, kedelai menjadi keledai dan lain-lain.
Faktor semantik menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator sebagai alat untuk menyalurkan pikiran dan perasaanya kepada komunikan. Demi kelancaran komunikasi seorang komunikator harus benar-benar memperhatikan gangguan sematis ini, sebab kesalahan pengucapan atau kesalahan dalam penulisan dapat menimbulkan salah pengertian (misunderstanding) atau penafsiran (misinterpretation) yang pada gilirannya bisa menimbulkan salah komunikasi (miscommunication). Misalnya kesalahan pengucapan bahasa dan salah penafsiran seperti contoh : pengucapan demonstrasi menjadi demokrasi, kedelai menjadi keledai dan lain-lain.
3.
Perceptual distorsion
Perceptual distorsion dapat disebabkan karena perbedaan cara pandangan yang sempit pada diri sendiri dan perbedaaan cara berpikir serta cara mengerti yang sempit terhadap orang lain. Sehingga dalam komunikasi terjadi perbedaan persepsi dan wawasan atau cara pandang antara satu dengan yang lainnya.
Perceptual distorsion dapat disebabkan karena perbedaan cara pandangan yang sempit pada diri sendiri dan perbedaaan cara berpikir serta cara mengerti yang sempit terhadap orang lain. Sehingga dalam komunikasi terjadi perbedaan persepsi dan wawasan atau cara pandang antara satu dengan yang lainnya.
4.
Cultural Differences
Hambatan yang terjadi karena disebabkan adanya perbedaan kebudayaan, agama dan lingkungan sosial. Dalam suatu organisasi terdapat beberapa suku, ras, dan bahasa yang berbeda. Sehingga ada beberapa kata-kata yang memiliki arti berbeda di tiap suku. Seperti contoh : kata “jangan” dalam bahasa Indonesia artinya tidak boleh, tetapi orang suku jawa mengartikan kata tersebut suatu jenis makanan berupa sup.
Hambatan yang terjadi karena disebabkan adanya perbedaan kebudayaan, agama dan lingkungan sosial. Dalam suatu organisasi terdapat beberapa suku, ras, dan bahasa yang berbeda. Sehingga ada beberapa kata-kata yang memiliki arti berbeda di tiap suku. Seperti contoh : kata “jangan” dalam bahasa Indonesia artinya tidak boleh, tetapi orang suku jawa mengartikan kata tersebut suatu jenis makanan berupa sup.
5.
Physical Distractions
Hambatan ini disebabkan oleh gangguan lingkungan fisik terhadap proses berlangsungnya komunikasi. Contohnya : suara riuh orang-orang atau kebisingan, suara hujan atau petir, dan cahaya yang kurang jelas.
Hambatan ini disebabkan oleh gangguan lingkungan fisik terhadap proses berlangsungnya komunikasi. Contohnya : suara riuh orang-orang atau kebisingan, suara hujan atau petir, dan cahaya yang kurang jelas.
6.
Poor choice of communication channels
Adalah gangguan yang disebabkan pada media yang dipergunakan dalam melancarkan komunikasi. Contoh dalam kehidupan sehari-hari misalnya sambungan telephone yang terputus-putus, suara radio yang hilang dan muncul, gambar yang kabur pada pesawat televisi, huruf ketikan yang buram pada surat sehingga informasi tidak dapat ditangkap dan dimengerti dengan jelas.
Adalah gangguan yang disebabkan pada media yang dipergunakan dalam melancarkan komunikasi. Contoh dalam kehidupan sehari-hari misalnya sambungan telephone yang terputus-putus, suara radio yang hilang dan muncul, gambar yang kabur pada pesawat televisi, huruf ketikan yang buram pada surat sehingga informasi tidak dapat ditangkap dan dimengerti dengan jelas.
7.
No Feed back
Hambatan tersebut adalah seorang sender mengirimkan pesan kepada receiver tetapi tidak adanya respon dan tanggapan dari receiver maka yang terjadi adalah komunikasi satu arah yang sia-sia. Seperti contoh : Seorang manajer menerangkan suatu gagasan yang ditujukan kepada para karyawan, dalam penerapan gagasan tersebut para karyawan tidak memberikan tanggapan atau respon dengan kata lain tidak peduli dengan gagasan seorang manajer.
Hambatan tersebut adalah seorang sender mengirimkan pesan kepada receiver tetapi tidak adanya respon dan tanggapan dari receiver maka yang terjadi adalah komunikasi satu arah yang sia-sia. Seperti contoh : Seorang manajer menerangkan suatu gagasan yang ditujukan kepada para karyawan, dalam penerapan gagasan tersebut para karyawan tidak memberikan tanggapan atau respon dengan kata lain tidak peduli dengan gagasan seorang manajer.
CONTOH :
Dalam Kasus Komunikasi efektif dan tidak efektif ini saya akan bercerita
tentang pengalaman saat bergabung dengan Organisasi Pemilihan Umum
(PEMILU). Dalam Organisasi Pemilu ini terdapat beberapa Panitia (Ketua KPPS dan
beberapa Saksi) dan saya menjadi salah satu Saksi dimana dalam organisasi ini
kita tidak dapat mencapai tujuan hanya dengan Kemampuan setiap Individu saja,
melainkan harus adanya suatu Interaksi,Komunikasi dan Kerja Sama dengan
individu individu yang lain, Misal seorang Ketua KPPS tidak akan bisa mencapai
suatu Tujuan tersebut tanpa harus Berkomunikasi dengan Saksi dan
Panitia-panitia yang lain, Nah dalam contoh tersebut dapat di simpulkan betapa
pentingnya Komunikasi,Interkasi dan Kerja sama dengan individu individu dalam
organisasi tersebut, Dan dengan setiap individu dapat dengan Berkomunikasi
dengan Efektif dengan Individu yang lainnya dapat tercipta suasana yang
Harmonis dalam Organisasi sehingga tujuan Organisasi itu sendiri akan dapat
tercapai dengan baik dan Maksimal. Itu saja sedikit pengalaman Organisasi yang
pernah saya alami beserta Kasusnya.
BENTUK – BENTUK
KOMUNIKASI
1.
Komunikasi
Interpersonal (Antarpribadi)
Komunikasi interpersonal menunjuk
kepada komunikasi dengan orang lain. Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal
Communication) yaitu komunikasi yang terjadi di antara satu individu dengan
individu yang lain (Littlejohn, 1999). Hal ini dapat mencakup semua aspek
komunikasi seperti mendengarkan, membujuk, menegaskan, komunikasi nonverbal,
dan banyak lagi.
Ciri-ciri
Komunikasi Interpersonal :
·
Berada
dalam jarak yang dekat.
·
Mengirim
dan menerima pesan secara simultan dan spontan, baik secara verbal maupun
nonverbal.
·
Informal
·
Tanpa
terencana
·
Efek
yang ditimbulkan bisa (kognisi penambahan wawasan, pengetahuan, Afektif sikap,
psikomotorik perubahan perilaku / perilaku baru), karena dalam bentuk face to
face atau langsung.
2.
Komunikasi
Intrapersonal (Komunikasi Intrapribadi)
Komunikasi intrapersonal adalah
proses komunikasi yang berlangsung dalam diri seseorang. Komunikasi
intrapersonal merupakan keterlibatan internal secara aktif dari individu dalam
pemrosesan simbolik dari pesan-pesan. Seorang individu menjadi pengirim
sekaligus penerima pesan, memberikan umpan balik bagi dirinya sendiri dalam
proses internal yang berkelanjutan.
3.
Komunikasi
Massa (Mass Communication)
Komunikasi Massa (Mass
Communication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak
(Surat Kabar, Majalah) atau elektronik (radio, televisi).
Ciri-ciri
komunikasi massa :
·
Menggunakan
media masa dengan organisasi (lembaga media) yang jelas.
·
Komunikator
memiliki keahlian tertentu.
·
Pesan
searah dan umum, serta melalui proses produksi dan terencana.
·
Khalayak
yang dituju heterogen dan anonym.
·
Kegiatan
media masa teratur dan berkesinambungan.
·
Ada
pengaruh yang dikehendaki.
·
Dalam
konteks sosial terjadi saling mempengaruhi antara media dan kondisi masyarakat
serta sebaliknya.
·
Hubungan
antara komunikator (biasanya media massa) dan komunikan (pemirsanya) tidak
bersifat pribadi.
4.
Komunikasi
Kelompok (Group Communication)
Komunikasi kelompok adalah
komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil”
seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya (Anwar Arifin, 1984).
Kelompok adalah sekumpulan orang
yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai
tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian
dari kelompok tersebut (Deddy Mulyana, 2005).
Ciri-ciri
komunikasi Kelompok :
·
Jumlah
lebih dari dua orang.
·
Formal/Informal.
·
Terencana.
TEORI
KOMUNIKASI
1.
Teori Behaviorisme
Tokoh
aliran ini adalah John B. Watson (1878 – 1958) yang di Amerika dikenal sebagai bapak
Behaviorisme. Teorinya memumpunkan perhatiannya pada aspek yang dirasakan
secara langsung pada perilaku berbahasa serta hubungan antara stimulus dan
respons pada dunia sekelilingnya. Menurut teori ini, semua perilaku, termasuk
tindak balas (respons) ditimbulkan oleh adanya rangsangan (stimulus). Jika
rangsangan telah diamati dan diketahui maka gerak balas pun dapat diprediksikan.
Watson juga dengan tegas menolak pengaruh naluri (instinct) dan kesadaran
terhadap perilaku. Jadi setiap perilaku dapat dipelajari menurut hubungan
stimulus - respons.
Behaviorisme lahir sebagai reaksi
terhadap introspeksionisme dan juga psikoanalisis. Behaviorisme ingin
menganalisis hanya perilaku yang nampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan,
dan diramalkan. Belakangan, teori kaum behavioris lebih dikenal dengan nama
teori belajar, karena menurut mereka seluruh perilaku manusia kecuali instink
adalah hasil belajar. Belajar artinya perubahan perilaku organisme sebagai
pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik
atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui
bagaimana perilakunya dikendalikan oleh faktor‑faktor lingkungan. Dari sinilah
timbul konsep “manusia mesin” (Homo Mechanicus).
2.
Teori Humanisme
Teori
ini muncul diilhami oleh perkembangan dalam psikologi yaitu psikologi
Humanisme. Sesuai pendapat yang dikemukakan oleh McNeil (1977) “In many instances,
communicative language programmes have incorporated educational phylosophies
based on humanistic psikology or view which in the context of goals for other
subject areas has been called ‘the humanistic curriculum”
Teori humanisme dalam pengajaran
bahasa pernah diimplementasikan dalam sebuah kurikulum pengajaran bahasa dengan
istilah Humanistic curriculum yang diterapkan di Amerika utara di akhir tahun
1960-an dan awal tahun 1970-an. Kurikulum ini menekankan pada pembagian
pengawasan dan tanggungjawab bersama antar seluruh siswa didik. Humanistic
curiculum menekankan pada pola pikir, perasaan dan tingkah laku siswa dengan
menghubungkan materi yang diajarkan pada kebutuhan dasar dan kebutuhan hidup
siswa. Teori ini menganggap bahwa setiap siswa sebagai objek pembelajaran
memiliki alasan yang berbeda dalam mempelajari bahasa.
Tujuan utama dari teori ini adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa agar bisa berkembang di tengah masyarakat. The deepest goal or purpose is to develop the whole persons within a human society. (McNeil,1977)
Tujuan utama dari teori ini adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa agar bisa berkembang di tengah masyarakat. The deepest goal or purpose is to develop the whole persons within a human society. (McNeil,1977)
3.
Teori Informasi atau Matematis
Salah satu teori komunikasi
klasik yang sangat mempengaruhi teori-teori komunikasi selanjutnya adalah teori
informasi atau teori matematis. Teori ini merupakan bentuk penjabaran dari
karya Claude Shannon dan Warren Weaver (1949, Weaver. 1949 ), Mathematical
Theory of Communication.
Teori ini melihat komunikasi sebagai fenomena mekanistis, matematis, dan informatif: komunikasi sebagai transmisi pesan dan bagaimana transmitter menggunakan saluran dan media komunikasi. Ini merupakan salah satu contoh gamblang dari mazhab proses yang mana melihat kode sebagai sarana untuk mengonstruksi pesan dan menerjemahkannya (encoding dan decoding).
Teori ini melihat komunikasi sebagai fenomena mekanistis, matematis, dan informatif: komunikasi sebagai transmisi pesan dan bagaimana transmitter menggunakan saluran dan media komunikasi. Ini merupakan salah satu contoh gamblang dari mazhab proses yang mana melihat kode sebagai sarana untuk mengonstruksi pesan dan menerjemahkannya (encoding dan decoding).
Teori informasi ini
menitikberatkan titik perhatiannya pada sejumlah sinyal yang lewat melalui
saluran atau media dalam proses komunikasi. Ini sangat berguna pada
pengaplikasian sistem elektrik dewasa ini yang mendesain transmitter, receiver,
dan code untuk memudahkan efisiensi informasi.
4.
Teori Agenda Setting
Teori Agenda-setting
diperkenalkan oleh McCombs dan DL Shaw (1972). Asumsi teori ini adalah bahwa
jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan
mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting. Jadi apa yang dianggap
penting media, maka penting juga bagi masyarakat. Dalam hal ini media
diasumsikan memiliki efek yang sangat kuat, terutama karena asumsi ini
berkaitan dengan proses belajar bukan dengan perubahan sikap dan pendapat.
5.
Teori Uses and Gratifications (Kegunaan dan
Kepuasan)
Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Blumer dan Elihu Katz (1974). Teori ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha mencari sumber media yang paling baik di dalam usaha memenhi kebutuhannya. Artinya pengguna media mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya.
Elemen dasar yang mendasari pendekatan teori ini (Karl dalam Bungin, 2007):
Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Blumer dan Elihu Katz (1974). Teori ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha mencari sumber media yang paling baik di dalam usaha memenhi kebutuhannya. Artinya pengguna media mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya.
Elemen dasar yang mendasari pendekatan teori ini (Karl dalam Bungin, 2007):
·
Kebutuhan
dasar tertentu, dalam interaksinya dengan
·
berbagai
kombinasi antara intra dan ekstra individu, dan juga dengan
·
struktur
masyarakat, termasuk struktur media, menghasilkan
·
berbagai
percampuran personal individu, dan
·
persepsi
mengenai solusi bagi persoalan tersebut, yang menghasilkan
·
berbagai
motif untuk mencari pemenuhan atau penyelesaian persoalan, yang
menghasikan
·
perbedaan
pola konsumsi media dan ( perbedaan pola perilaku lainnya, yang
menyebabkan
·
perbedaan
pola konsumsi, yang dapat memengaruhi
·
kombinasi karakteristik intra dan ekstra
individu, sekaligus akan memengaruhi pula
·
struktur
media dan berbagai struktur politik, kultural, dan ekonomi dalam masyarakat.
6.
Teori Dependensi Efek Komunikasi Massa
Teori ini dikembangkan oleh
Sandra Ball-Rokeachdan Melvin L. DeFluer (1976), yang memfokuskan pada kondisi
struktural suatu masyarakat yang mengatur kecenderungan terjadinya suatu efek
media massa. Teori ini berangkat dari sifat masyarakat modern, diamana media
massa diangap sebagai sistem informasi yang memiliki peran penting dalam proses
memelihara, perubahan, dan konflik pada tataran masyarakat,kelompok, dan
individu dalam aktivitas sosial. Secara ringkas kajian terhadap efek tersebut
dapat dirumuskan dapat dirumuskan sebagai berikut:
a.
Kognitif,
menciptakan atau menghilangkan ambiguitas, pembentukan sikap, agenda-setting,
perluasan sistem keyakinan masyarakat, penegasan/ penjelasan nilai-nilai.
b.
Afektif,
menciptakan ketakutan atau kecemasan, dan meningkatkan atau menurunkan dukungan
moral.
c.
Behavioral,
mengaktifkan atau menggerakkan atau meredakan, pembentukan isu tertentu atau
penyelesaiannya, menjangkau atau menyediakan strategi untuk suatu aktivitas
serta menyebabkan perilaku dermawan.
7.
Teori Konstruktvisme
Jean Piaget dan Leu Vygotski
adalah dua nama yang selalu diasosiasikan dengan kontruktivisme. Ahli
kontruktivisme menyatakan bahwa manusia membentuk versi mereka sendiri terhadap
kenyataan, mereka menggandakan beragam cara untuk mengetahui dan menggambarkan
sesuatu untuk mempelajari pemerolehan bahasa pertama dan kedua.
Pembelajaran harus dibangun secara aktif oleh pembelajar itu sendiri dari pada dijelaskan secara rinci oleh orang lain. Dengan demikian pengetahuan yang diperoleh didapatkan dari pengalaman. Namun demikian, dalam membangun pengalaman siswa harus memiliki kesempatan untuk mengungkapkan pikirannya, menguji ide-ide tersebut melalui eksperimen dan percakapan atau tanya jawab, serta untuk mengamati dan membandingkan fenomena yang sedang diujikan dengan aspek lain dalam kehidupan mereka. Selain itu juga guru memainkan peranan penting dalam mendorong siswa untuk memperhatikan seluruh proses pembelajaran serta menawarkan berbagai cara eksplorasi dan pendekatan.
Pembelajaran harus dibangun secara aktif oleh pembelajar itu sendiri dari pada dijelaskan secara rinci oleh orang lain. Dengan demikian pengetahuan yang diperoleh didapatkan dari pengalaman. Namun demikian, dalam membangun pengalaman siswa harus memiliki kesempatan untuk mengungkapkan pikirannya, menguji ide-ide tersebut melalui eksperimen dan percakapan atau tanya jawab, serta untuk mengamati dan membandingkan fenomena yang sedang diujikan dengan aspek lain dalam kehidupan mereka. Selain itu juga guru memainkan peranan penting dalam mendorong siswa untuk memperhatikan seluruh proses pembelajaran serta menawarkan berbagai cara eksplorasi dan pendekatan.
8.
Teori NativismeIstilah
nativisme dihasilkan dari pernyataan mendasar bahwa pembelajaran bahasa
ditentukan oleh bakat. Bahwa setiap manusia dilahirkan sudah memiliki bakat
untuk memperoleh dan belajar bahasa.
Chomsky dalam Hadley (1993: 48) yang merupakan tokoh utama golongan ini mengatakan bahwasannya hanya manusialah satu-satunya makhluk Tuhan yang dapat melakukan komunikasi lewat bahasa verbal. Selain itu bahasa juga sangat kompleks oleh sebab itu tidak mungkin manusia belajar bahasa dari makhluk Tuhan yang lain. Chomsky juga menyatakan bahwa setiap anak yang lahir ke dunia telah memiliki bekal dengan apa yang disebutnya “alat penguasaan bahasa” atau LAD (language Acquisition Device). Chomsky dalam Hadley (1993:50) mengemukakan bahwa belajar bahasa merupakan kompetensi khusus bukan sekedar subset belajar secara umum. Cara berbahasa jauh lebih rumit dari sekedar penetapan Stimulus- Respon. Chomsky dalam Hadley (1993: 48) mengatakan bahwa eksistensi bakat bermanfaat untuk menjelaskan rahasia penguasaan bahasa pertama anak dalam waktu singkat, karena adanya LAD. Menurut golongan ini belajar bahasa pada hakikatnya hanyalah proses pengisian detil kaidah-kaidah atau struktur aturan-aturan bahasa ke dalam LAD yang sudah tersedia secara alamiah pada manusia tersebut.
Chomsky dalam Hadley (1993: 48) yang merupakan tokoh utama golongan ini mengatakan bahwasannya hanya manusialah satu-satunya makhluk Tuhan yang dapat melakukan komunikasi lewat bahasa verbal. Selain itu bahasa juga sangat kompleks oleh sebab itu tidak mungkin manusia belajar bahasa dari makhluk Tuhan yang lain. Chomsky juga menyatakan bahwa setiap anak yang lahir ke dunia telah memiliki bekal dengan apa yang disebutnya “alat penguasaan bahasa” atau LAD (language Acquisition Device). Chomsky dalam Hadley (1993:50) mengemukakan bahwa belajar bahasa merupakan kompetensi khusus bukan sekedar subset belajar secara umum. Cara berbahasa jauh lebih rumit dari sekedar penetapan Stimulus- Respon. Chomsky dalam Hadley (1993: 48) mengatakan bahwa eksistensi bakat bermanfaat untuk menjelaskan rahasia penguasaan bahasa pertama anak dalam waktu singkat, karena adanya LAD. Menurut golongan ini belajar bahasa pada hakikatnya hanyalah proses pengisian detil kaidah-kaidah atau struktur aturan-aturan bahasa ke dalam LAD yang sudah tersedia secara alamiah pada manusia tersebut.
9.
Teori Kognitivisme
Menurut Piaget dalam Mansoer
Pateda (1990: 67), salah seorang tokoh golongan ini mengatakan bahwa struktur
komplek dari bahasa bukanlah sesuatu yang diberikan oleh alam dan bukan pula
sesuatu yang dipelajari lewat lingkungan. Struktur tersebut lahir dan
berkembang sebagai akibat interaksi yang terus menerus antara tingkat fungsi
kognitif si anak dan lingkungan lingualnya.Struktur tersebut telah tersedia
secara alamiah. Perubahan atau perkembangan bahasa pada anak akan bergantung
pada sejauh mana keterlibatan kognitif sang anak secara aktif dengan
lingkungannya.
Menurut aliran ini kita belajar disebabkan oleh kemampuan kita menafsirkan peristiwa atau kejadian yang terjadi di dalam lingkungan.
Proses belajar bahasa terjadi menurut pola tahapan perkembangan tertentu sesuai umur.
Tahapan tersebut meliputi:
Menurut aliran ini kita belajar disebabkan oleh kemampuan kita menafsirkan peristiwa atau kejadian yang terjadi di dalam lingkungan.
Proses belajar bahasa terjadi menurut pola tahapan perkembangan tertentu sesuai umur.
Tahapan tersebut meliputi:
a.
Asimilasi
: proses penyesuaian pengetahuan baru dengan struktur kognitif
b.
Akomodasi
: proses penyesuaian struktur kognitif dengan pengetahuan baru
c.
Disquilibrasi
: proses penerimaan pengetahuan baru yang tidak sama dengan yang telah diketahuinya.
d.
Equilibrasi
: proses penyeimbang mental setelah terjadi proses asimilasi.
10.
Teori Sibernetik
Istilah sibernetika berasal dari
bahasa Yunani (Cybernetics berarti pilot). Istilah Cybernetics yang
diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi sibernetika, pertama kali
digunakan tahun 1945 oleh Nobert Wiener dalam bukunya yang berjudul
Cybernetics.
Sibernetika adalah teori sistem pengontrol yang didasarkan pada komunikasi (penyampaian informasi) antara sistem dan lingkungan dan antar sistem, pengontrol (feedback) dari sistem berfungsi dengan memperhatikan lingkungan.
Seiring perkembangan teknologi informasi yang diluncurkan oleh para ilmuwan dari Amerika sejak tahun 1966, penggunaan komputer sebagai media untuk menyampaikan informasi berkembang pesat. Teknologi ini juga dimanfaatkan dunia pendidikan terutama guru untuk berkomunikasi sesama relasi, mencari handout (buku materi ajar), menerangkan materi pelajaran atau pelatihan, bahkan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa. Prinsip dasar teori sibernetik yaitu menghargai adanya 'perbedaan', bahwa suatu hal akan memiliki perbedaan dengan yang lainnya, atau bahwa sesuatu akan berubah seiring perkembangan waktu. Pembelajaran digambarkan sebagai : INPUT => PROSES => OUTPUT.
Sibernetika adalah teori sistem pengontrol yang didasarkan pada komunikasi (penyampaian informasi) antara sistem dan lingkungan dan antar sistem, pengontrol (feedback) dari sistem berfungsi dengan memperhatikan lingkungan.
Seiring perkembangan teknologi informasi yang diluncurkan oleh para ilmuwan dari Amerika sejak tahun 1966, penggunaan komputer sebagai media untuk menyampaikan informasi berkembang pesat. Teknologi ini juga dimanfaatkan dunia pendidikan terutama guru untuk berkomunikasi sesama relasi, mencari handout (buku materi ajar), menerangkan materi pelajaran atau pelatihan, bahkan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa. Prinsip dasar teori sibernetik yaitu menghargai adanya 'perbedaan', bahwa suatu hal akan memiliki perbedaan dengan yang lainnya, atau bahwa sesuatu akan berubah seiring perkembangan waktu. Pembelajaran digambarkan sebagai : INPUT => PROSES => OUTPUT.
11.
Teori Ketergantungan (Dependency Theory)
Teori ketergantungan terhadap
media mula-mula diutarakan oleh Sandra Ball-Rokeach dan Melvin Defleur. Seperti
teori uses and gratifications, pendekatan ini juga menolak asumsi kausal dari
awal hipotesis penguatan. Untuk mengatasi kelemahan ini, pengarang ini
mengambil suatu pendekatan sistem yang lebih jauh. Di dalam model mereka mereka
mengusulkan suatu relasi yang bersifat integral antara pendengar, media. dan
sistem sosial yang lebih besar.
Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh teori uses and gratifications, teori ini memprediksikan bahwa khalayak tergantung kepada informasi yang berasal dari media massa dalam rangka memenuhi kebutuhan khalayak bersangkutan serta mencapai tujuan tertentu dari proses konsumsi media massa. Namun perlu digarisbawahi bahwa khalayak tidak memiliki ketergantungan yang sama terhadap semua media.
Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh teori uses and gratifications, teori ini memprediksikan bahwa khalayak tergantung kepada informasi yang berasal dari media massa dalam rangka memenuhi kebutuhan khalayak bersangkutan serta mencapai tujuan tertentu dari proses konsumsi media massa. Namun perlu digarisbawahi bahwa khalayak tidak memiliki ketergantungan yang sama terhadap semua media.
Sumber ketergantungan yang kedua
adalah kondisi sosial. Model ini menunjukkan sistem media dan institusi sosial
itu saling berhubungan dengan khalayak dalam menciptakan kebutuhan dan minat.
Pada gilirannya hal ini akan mempengaruhi khalayak untuk memilih berbagai
media, sehingga bukan sumber media massa yang menciptakan ketergantungan,
melainkan kondisi sosial.
Untuk mengukur efek yang ditimbulkan media massa terhadap khalayak, ada beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu riset eksperimen, survey dan riset etnografi.
Untuk mengukur efek yang ditimbulkan media massa terhadap khalayak, ada beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu riset eksperimen, survey dan riset etnografi.
12.
Teori The Spiral of Silence
Teori the spiral of silence
(spiral keheningan) dikemukakan oleh Elizabeth Noelle-Neuman (1976), berkaitan
dengan pertanyaan bagaimana terbentuknya pendapat umum. Teori ini menjelaskan
bahwa terbentuknya pendapat umum ditentukan oleh suatu proses saling
mempengaruhi antara komunikasi massa, komunikasi antar pribadi, dan persepsi
individu tentang pendapatnya dalam hubungannya dengan pendapat orang-orang lain
dalam masyarakat.
13. Teori
Inokulasi (Innoculation Theory)
Teori inokulasi atau teori suntikan yang pada mulanya ditampilkan oleh Mcguire ini mengambil analogi dari peristiwa medis. Orang yang terserang penyakit cacar, polio disuntik. Diberi vaksin untuk merangsang mekanisme daya tahan tubuhnya. Demikian pula halnya dengan orang yang tidak memiliki informasi mengenai suatu hal atau tidak menyadari posisi mengenai hal tersebut, maka ia akan lebih mudah untuk dipersuasi atau dibujuk. Suatu cara untuk membuatnya agar tidak mudah kena pengaruh adalah ”menyuntiknya” dengan argumentasi balasan (counterarguments).
Teori inokulasi atau teori suntikan yang pada mulanya ditampilkan oleh Mcguire ini mengambil analogi dari peristiwa medis. Orang yang terserang penyakit cacar, polio disuntik. Diberi vaksin untuk merangsang mekanisme daya tahan tubuhnya. Demikian pula halnya dengan orang yang tidak memiliki informasi mengenai suatu hal atau tidak menyadari posisi mengenai hal tersebut, maka ia akan lebih mudah untuk dipersuasi atau dibujuk. Suatu cara untuk membuatnya agar tidak mudah kena pengaruh adalah ”menyuntiknya” dengan argumentasi balasan (counterarguments).
14. Teori
Kultivasi (Cultivation Theory)
Teori Kultivasi (Cultivation
Theory) merupakan salah satu teori yang mencoba menjelaskan keterkaitan antara
media komunikasi (dalam hal ini televisi) dengan tindak kekerasan. Teori ini
dikemukakan oleh George Gerbner, mantan Dekan dari Fakultas (Sekolah Tinggi)
Komunikasi Annenberg Universitas Pennsylvania,yang juga pendiri Cultural
Environment Movement, berdasarkan penelitiannya terhadap perilaku penonton
televisi yang dikaitkan dengan materi berbagai program televisi yang ada di
Amerika Serikat.
Teori Kultivasi pada dasarnya menyatakan bahwa para pecandu (penonton berat/heavy viewers) televisi membangun keyakinan yang berlebihan bahwa “dunia itu sangat menakutkan” . Hal tersebut disebabkan keyakinan mereka bahwa “apa yang mereka lihat di televisi” yang cenderung banyak menyajikan acara kekerasan adalah “apa yang mereka yakini terjadi juga dalam kehidupan sehari-hari”.
Teori Kultivasi pada dasarnya menyatakan bahwa para pecandu (penonton berat/heavy viewers) televisi membangun keyakinan yang berlebihan bahwa “dunia itu sangat menakutkan” . Hal tersebut disebabkan keyakinan mereka bahwa “apa yang mereka lihat di televisi” yang cenderung banyak menyajikan acara kekerasan adalah “apa yang mereka yakini terjadi juga dalam kehidupan sehari-hari”.
15. Teori
Birokrasi
Teori Birokrasi berhubungan
dengan organisasi masyarakat yang disusun secara ideal. Birokrasi dicapai
melalui formalisasi aturan, struktur, dan proses di dalam organisasi. Max Weber
(1948) adalah sosok yang dikenal sebagai bapak birokrasi. Menurut Weber,
organisasi birokrasi yang ideal menyertakan delapan karakteristik struktural.
Birokrasi menawarkan banyak
kelebihan yang kuat dalam menerapkan standar praktek organisasi, selain ia juga
bisa membatasi anggota organisasi dan individu yang bekerja di dalamnya.
16. Teori
Analisis Transaksional
Teori analisis transaksional
merupakan karya besar Eric Berne (1964), yang ditulisnya dalam buku Games
People Play. Berne adalah seorang ahli ilmu jiwa terkenal dari kelompok
Humanisme. Teori analisis transaksional merupakan teori terapi yang sangat
populer dan digunakan dalam konsultasi pada hampir semua bidang ilmu-ilmu
perilaku. Teori analisis transaksional telah menjadi salah satu teori
komunikasi antarpribadi yang mendasar.
Kata transaksi selalu mengacu pada proses pertukaran dalam suatu hubungan. Dalam komunikasi antarpribadi pun dikenal transaksi. Yang dipertukarkan adalah pesan-pesan baik verbal maupun nonverbal. Analisis transaksional sebenarnya bertujuan untuk mengkaji secara mendalam proses transaksi (siapa-siapa yang terlibat di dalamnya dan pesan apa yang dipertukarkan).
Dalam diri setiap manusia, seperti dikutip Collins (1983), memiliki tiga status ego. Sikap dasar ego yang mengacu pada sikap orangtua (Parent= P. exteropsychic); sikap orang dewasa (Adult=A. neopsychic); dan ego anak (Child = C, arheopsychic). Ketiga sikap tersebut dimiliki setiap orang (baik dewasa, anak-anak, maupun orangtua).
Kata transaksi selalu mengacu pada proses pertukaran dalam suatu hubungan. Dalam komunikasi antarpribadi pun dikenal transaksi. Yang dipertukarkan adalah pesan-pesan baik verbal maupun nonverbal. Analisis transaksional sebenarnya bertujuan untuk mengkaji secara mendalam proses transaksi (siapa-siapa yang terlibat di dalamnya dan pesan apa yang dipertukarkan).
Dalam diri setiap manusia, seperti dikutip Collins (1983), memiliki tiga status ego. Sikap dasar ego yang mengacu pada sikap orangtua (Parent= P. exteropsychic); sikap orang dewasa (Adult=A. neopsychic); dan ego anak (Child = C, arheopsychic). Ketiga sikap tersebut dimiliki setiap orang (baik dewasa, anak-anak, maupun orangtua).
17. Teori
Pengharapan Nilai (The Expectacy-Value Theory)
Phillip Palmgreen berusaha
mengatasi kurangnya unsur kelekatan yang ada di dalam teori uses and
gratification dengan menciptakan suatu teori yang disebutnya sebagai
expectance-value theory (teori pengharapan nilai).
Dalam kerangka pemikiran teori ini, kepuasan yang Anda cari dari media ditentukan oleh sikap Anda terhadap media --kepercayaan Anda tentang apa yang suatu medium dapat berikan kepada Anda dan evaluasi Anda tentang bahan tersebut. Sebagai contoh, jika Anda percaya bahwa situated comedy (sitcoms), seperti Bajaj Bajuri menyediakan hiburan dan Anda senang dihibur, Anda akan mencari kepuasan terhadap kebutuhan hiburan Anda dengan menyaksikan sitcoms. Jika, pada sisi lain, Anda percaya bahwa sitcoms menyediakan suatu pandangan hidup yang tak realistis dan Anda tidak menyukai hal seperti ini Anda akan menghindari untuk melihatnya.
Dalam kerangka pemikiran teori ini, kepuasan yang Anda cari dari media ditentukan oleh sikap Anda terhadap media --kepercayaan Anda tentang apa yang suatu medium dapat berikan kepada Anda dan evaluasi Anda tentang bahan tersebut. Sebagai contoh, jika Anda percaya bahwa situated comedy (sitcoms), seperti Bajaj Bajuri menyediakan hiburan dan Anda senang dihibur, Anda akan mencari kepuasan terhadap kebutuhan hiburan Anda dengan menyaksikan sitcoms. Jika, pada sisi lain, Anda percaya bahwa sitcoms menyediakan suatu pandangan hidup yang tak realistis dan Anda tidak menyukai hal seperti ini Anda akan menghindari untuk melihatnya.
18. Teori
Difusi Inovasi
Teori difusi yang paling terkemuka dikemukakan oleh Everett Rogers dan para koleganya. Rogers menyajikan deksripsi yang menarik mengenai mengenai penyebaran dengan proses perubahan sosial, di mana terdiri dari penemuan, difusi (atau komunikasi), dan konsekwensi-konsekwensi. Perubahan seperti di atas dapat terjadi secara internal dari dalam kelompok atau secara eksternal melalui kontak dengan agen-agen perubahan dari dunia luar. Kontak mungkin terjadi secara spontan atau dari ketidaksengajaan, atau hasil dari rencana bagian dari agen-agen luar dalam waktu yang bervariasi, bisa pendek, namun seringkali memakan waktu lama.
Dalam difusi inovasi ini, satu ide mungkin memerlukan waktu bertahun-tahun untuk dapat tersebar. Rogers menyatakan bahwa pada realisasinya, satu tujuan dari penelitian difusi adalah untuk menemukan sarana guna memperpendek keterlambatan ini. Setelah terselenggara, suatu inovasi akan mempunyai konsekuensi konsekuensi – mungkin mereka berfungsi atau tidak, langsung atau tidak langsung, nyata atau laten (Rogers dalam Littlejohn, 1996 : 336).
Teori difusi yang paling terkemuka dikemukakan oleh Everett Rogers dan para koleganya. Rogers menyajikan deksripsi yang menarik mengenai mengenai penyebaran dengan proses perubahan sosial, di mana terdiri dari penemuan, difusi (atau komunikasi), dan konsekwensi-konsekwensi. Perubahan seperti di atas dapat terjadi secara internal dari dalam kelompok atau secara eksternal melalui kontak dengan agen-agen perubahan dari dunia luar. Kontak mungkin terjadi secara spontan atau dari ketidaksengajaan, atau hasil dari rencana bagian dari agen-agen luar dalam waktu yang bervariasi, bisa pendek, namun seringkali memakan waktu lama.
Dalam difusi inovasi ini, satu ide mungkin memerlukan waktu bertahun-tahun untuk dapat tersebar. Rogers menyatakan bahwa pada realisasinya, satu tujuan dari penelitian difusi adalah untuk menemukan sarana guna memperpendek keterlambatan ini. Setelah terselenggara, suatu inovasi akan mempunyai konsekuensi konsekuensi – mungkin mereka berfungsi atau tidak, langsung atau tidak langsung, nyata atau laten (Rogers dalam Littlejohn, 1996 : 336).
19. Teori
Norma Budaya (Cultural Norms Theory)
Teori norma budaya menurut Melvin
DeFleur hakikatnya adalah bahwa media massa melalui penyajiannya yang selektif
dan penekanannya pada tema-tema tertentu, menciptakan kesan-kesan pada khalayak
dimana norma-norma budaya umum mengenai topik yang diberi bobot itu dibentuk
dengan cara-cara tertentu. Oleh karena itu perilaku individual biasanya dipandu
oleh norma-norma budaya mengenai suatu hal tertentu, amak media komunikasi
secara tidak langsung akan mempengaruhi perilaku.
20. Standpoint
Theory
Teori ini menjelaskan bahwa
pengalaman individu, pengetahuan, dan perilaku komunikasi sebagian besar
dibentuk oleh kelompok sosial dimana mereka aktif (Wood, J. T.,1982 dalam West,
R., & Turner, L. H., 2000). Dari sinilah kita dapat menarik kerangka
tentang sistematika pengaruh kekuatan pembentuk identitas.
Secara kultural, bangsa Indonesia sebelum kemerdekaan dan masa awal kemerdekaan adalah bangsa yang guyub. Keguyuban ini pun terbawa pada kolektif-kolektif komunitas Islam. Kita mengenal adanya komunitas pesantren NU, dan Muhamadiyyah pada masa sebelum kemerdekaan. Setelah kebijakan Soeharto di era tahun 1980-an yang lebih dekat dengan Islam, dan komunitas kolektif Islam menjadi semakin menjamur. Dan semakin banyaknya komunitas kolektif inilah yang kemudian banyak sekali mempengaruhi kehidupan warga Indonesia yang lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh media global telah tereduksi oleh keberadaan dan pengaruh komunitas kolektif yang memiliki high context culture.
Secara kultural, bangsa Indonesia sebelum kemerdekaan dan masa awal kemerdekaan adalah bangsa yang guyub. Keguyuban ini pun terbawa pada kolektif-kolektif komunitas Islam. Kita mengenal adanya komunitas pesantren NU, dan Muhamadiyyah pada masa sebelum kemerdekaan. Setelah kebijakan Soeharto di era tahun 1980-an yang lebih dekat dengan Islam, dan komunitas kolektif Islam menjadi semakin menjamur. Dan semakin banyaknya komunitas kolektif inilah yang kemudian banyak sekali mempengaruhi kehidupan warga Indonesia yang lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh media global telah tereduksi oleh keberadaan dan pengaruh komunitas kolektif yang memiliki high context culture.
21. Teori
Systematic Behavior (Hull)
Clark C Hull mengikuti jejak
Thorndike dalam usahanya mengembangkan teori belajar. Prinsip‑prinsip yang
digunakanya mirip dengan apa yang dikemukakan oleh para behavioris yaitu dasar
stimulus‑respon dan adanya reinforcement.
Clark C. Hull mengemukakan teorinya, yaitu bahwa suatu kebutuhan atau “keadaan terdorong” (oleh motif, tujuan, maksud, aspirasi, ambisi) harus ada dalam diri seseorang yang belajar, sebelum suatu respon dapat diperkuat atas dasar pengurangan kebutuhan itu. Dalam hal ini efisiensi belajar tergantung pada besarnya tingkat pengurangan dan kepuasan motif yang menyebabkan timbulnya usaha belajar itu oleh respon‑respon yang dibuat individu itu. Setiap obyek, kejadian atau situasi dapat mempunyai nilai sebagai penguat apabila hal itu dihubungkan dengan penurunan terhadap suatu keadaan deprivasi (kekurangan) pada diri individu itu; yaitu jika obyek, kejadian atau situasi tadi dapat menjawab suatu kebutuhan pada saat individu itu melakukan respon.
Prinsip penguat (reinforcer) menggunakan seluruh situasi yang memotivasi, mulai dari dorongan biologis yang merupakan kebutuhan utama seseorang sampai pada hasil‑hasil yang memberikan ganjaran bagi seseorang (misalnya: uang, perhatian, afeksi, dan aspirasi sosial tingkat tinggi). Jadi, prinsip yang utama adalah suatu kebutuhan atau motif harus ada pada seseorang sebelum belajar itu terjadi; dan bahwa apa yang dipelajari itu harus diamati oleh orang yang belajar sebagai sesuatu yang dapat mengurangi kekuatan kebutuhannya atau memuaskan kebutuhannya.
Clark C. Hull mengemukakan teorinya, yaitu bahwa suatu kebutuhan atau “keadaan terdorong” (oleh motif, tujuan, maksud, aspirasi, ambisi) harus ada dalam diri seseorang yang belajar, sebelum suatu respon dapat diperkuat atas dasar pengurangan kebutuhan itu. Dalam hal ini efisiensi belajar tergantung pada besarnya tingkat pengurangan dan kepuasan motif yang menyebabkan timbulnya usaha belajar itu oleh respon‑respon yang dibuat individu itu. Setiap obyek, kejadian atau situasi dapat mempunyai nilai sebagai penguat apabila hal itu dihubungkan dengan penurunan terhadap suatu keadaan deprivasi (kekurangan) pada diri individu itu; yaitu jika obyek, kejadian atau situasi tadi dapat menjawab suatu kebutuhan pada saat individu itu melakukan respon.
Prinsip penguat (reinforcer) menggunakan seluruh situasi yang memotivasi, mulai dari dorongan biologis yang merupakan kebutuhan utama seseorang sampai pada hasil‑hasil yang memberikan ganjaran bagi seseorang (misalnya: uang, perhatian, afeksi, dan aspirasi sosial tingkat tinggi). Jadi, prinsip yang utama adalah suatu kebutuhan atau motif harus ada pada seseorang sebelum belajar itu terjadi; dan bahwa apa yang dipelajari itu harus diamati oleh orang yang belajar sebagai sesuatu yang dapat mengurangi kekuatan kebutuhannya atau memuaskan kebutuhannya.
22. Teori
Conectionism (Thorndike)
Menurut teori trial and error
(mencoba‑coba dan gagal) ini, setiap organisme jika dihadapkan dengan situasi
baru akan melakukan tindakan‑tindakan yang sifatnya coba‑coba secara membabi
buta jika dalam usaha mencoba‑coba itu secara kebetulan ada perbuatan yang
dianggap memenuhi tuntutan situasi, maka perbuatan yang kebetulan cocok itu
kemudian “dipegangnya”. Karena latihan yang terus menerus maka waktu yang
dipergunakan antuk melakukan perbuatan yang cocok itu makin lama makin efisien.
Jadi, proses belajar menurut Thorndike melalui proses:
Jadi, proses belajar menurut Thorndike melalui proses:
a. trial and error (mencoba‑coba dan
mengalami kegagalan), dan
b. law of effect; Yang berarti bahwa
segala tingkah laku yang berakibatkan suatu keadaan yang memuaskan (cocok
dengan tuntutan situasi) akan diingat dan dipelajari dengan sebaik‑baiknya.
Sedangkan segala tingkah laku yang berakibat tidak menyenangkan akan
dihilangkan atau dilupakannya. Tingkah laku ini terjadi secara otomatis.
Otomatisme dalam belajar itu dapat dilatih dengan syarat‑syarat tertentu, pada
binatang juga pada manusia.
Thorndike melihat bahwa organisme
itu (juga manusia) sebagai mekanismus; hanya bergerak atau bertindak jika ada
perangsang yang mempengaruhi dirinya. Terjadinya otomatisme dalam belajar
menurut Thorndike disebabkan adanya law of effect itu. Dalam kehidupan sehari‑hari
law of effect itu dapat terlihat dalam hal memberi penghargaan atau ganjaran
dan juga dalam hal memberi hukuman dalam pendidikan. Akan tetapi menurut
Thorndike yang lebih memegang peranan dalam pendidikan ialah hal memberi
penghargaan atau ganjaran dan itulah yang lebih dianjurkan.
Karena adanya law of effect terjadilah hubungan (connection) atau asosiasi antara tingkah laku reaksi yang dapat mendatangkan sesuatu dengan hasil biaya (effect). Karena adanya koneksi antara reaksi dengan hasilnya itu maka teori Thorndike disebut juga Connectionism.
Karena adanya law of effect terjadilah hubungan (connection) atau asosiasi antara tingkah laku reaksi yang dapat mendatangkan sesuatu dengan hasil biaya (effect). Karena adanya koneksi antara reaksi dengan hasilnya itu maka teori Thorndike disebut juga Connectionism.
23. Teori
administrasi
Teoritikus administrasi pertama
dan paling berpengaruh adalah industrialis berkebangsaan Perancis yaitu Henry
Fayol pada tahun 1916, Fayol mengidentifikasi beberapa prinsip manajemen.
Prinsip-prinsip tersebut telah diterapkan secara luas pada desain dan praktek
organisasi dan memberikan pengaruh kuat pada desain dan administrasi organisasi
industri modern.Teori administrasi dikembangkan sebagai panduan preskriptif
bagi manajemen organisasi industri sesuai penggunaan kaidah dan otoritas secara
langsung. Di sini diperlihatkan kekuatan dan kelemahan dari teori administrasi.
Prinsip dasar preskriptif dari teori administrasi membuat teori tersebut sangat
pragmatis dan dapat diaplikasikan pada organisasi bisnis. Sebelumnya, karena
tidak ada prinsip manajemen universal yang dapat diaplikasikan secara merata
pada semua situasi organisasi, prinsip teori administrasi dapat disalahartikan,
bertentangan dan tidak sesuai dalam penggunaannya ketika berhubungan dengan
masalah-masalah organisasi yang berbeda. Di samping itu, seperti yang akan kita
bahas secara mendalam pada bagian akhir bab ini, prinsip teori administrasi,
seperti prinsip birokrasi, sering dihubungkan sebagai bentuk yang kaku dan
tidak peka terhadap kebutuhan anggota organisasi.
24. Teori
Fungsional
Dengan munculnya kontruktivisme
dalam dunia psikologi, dalam tahun-tahun terakhir ini menjadi lebih jelas bahwa
belajar bahasa berkembang dengan baik di bawah gagasan kognitif dan struktur
ingatan.
Para peneliti bahasa mulai melihat bahwa bahasa merupakan manifestasi kemampuan kognitif dan efektif untuk menjelajah dunia, untuk berhubungan dengan orang lain dan juga keperluan terhadap diri sendirisebagai manusia. Lebih lagi kaedah generatif yang diusulkan di bawah naungan nativisme itu bersifat abstrak, formal, eksplisit dan logis, meskipun kaidah itu lebih mengutamakan pada bentuk bahasa dan tidak pada tataran fungsional yang lebih dari makna yang dibentuk dari makna yang dibentuk dari interaksi sosial.
Para peneliti bahasa mulai melihat bahwa bahasa merupakan manifestasi kemampuan kognitif dan efektif untuk menjelajah dunia, untuk berhubungan dengan orang lain dan juga keperluan terhadap diri sendirisebagai manusia. Lebih lagi kaedah generatif yang diusulkan di bawah naungan nativisme itu bersifat abstrak, formal, eksplisit dan logis, meskipun kaidah itu lebih mengutamakan pada bentuk bahasa dan tidak pada tataran fungsional yang lebih dari makna yang dibentuk dari makna yang dibentuk dari interaksi sosial.
a.
Kognisi
dan perkembangan bahasa
Piaget menggambarkan penelitian itu sebagai interaksi anak dengan lingkungannya dengan interaksi komplementer antara perkembangan kapasitas kognitif perseptual dengan pengalaman bahasa mereka. Penelitian itu berkaitan dengan hubungan antara perkembangan kognitif dengan pemerolehan bahasa pertama. Slobin menyatakan bahwa dalam semua bahasa, belajar makna bergantung pada perkembangan kognitif dan urutan perkembangannya lebih ditentukan oleh kompleksitas makna itu dari pada kompleksitas bentuknya. Menurut dia ada dua hal yang menentukan model:
Piaget menggambarkan penelitian itu sebagai interaksi anak dengan lingkungannya dengan interaksi komplementer antara perkembangan kapasitas kognitif perseptual dengan pengalaman bahasa mereka. Penelitian itu berkaitan dengan hubungan antara perkembangan kognitif dengan pemerolehan bahasa pertama. Slobin menyatakan bahwa dalam semua bahasa, belajar makna bergantung pada perkembangan kognitif dan urutan perkembangannya lebih ditentukan oleh kompleksitas makna itu dari pada kompleksitas bentuknya. Menurut dia ada dua hal yang menentukan model:
·
Pada
asas fungsional, perkembangan diikuti oleh perkembangan kapasitas komunikatif
dan konseptual yang beroperasi dalam konjungsi dengan skema batin konjungsi.
·
Pada
asas formal, perkembangan diikuti oleh kapasitas perseptual dan pemerosesan
informasi yang bekerja dalam konjungsi dan skema batin tata bahasa.
b.
Interaksi
Sosial dan Perkembangan Bahasa
Akhir-akhir ini semakin jelas bahwa fungsi bahasa berkembang dengan baik di luar pikiran kognitif dan struktur memori. Di sini tampak bahwa kontruktivis sosial menekankan prespektif fungsional. Bahasa pada hakikatnya digunakan untuk komunikasi interaktif. Oleh sebab itu kajian yang cocok untuk itu adalah kajian tentang fungsi komunikatif bahasa, fungsi pragmatik dan komunikatif dikaji dengan segala variabilitasnya.
Akhir-akhir ini semakin jelas bahwa fungsi bahasa berkembang dengan baik di luar pikiran kognitif dan struktur memori. Di sini tampak bahwa kontruktivis sosial menekankan prespektif fungsional. Bahasa pada hakikatnya digunakan untuk komunikasi interaktif. Oleh sebab itu kajian yang cocok untuk itu adalah kajian tentang fungsi komunikatif bahasa, fungsi pragmatik dan komunikatif dikaji dengan segala variabilitasnya.
25. Teori
Belajar Sosial (Bandura)
Teori belajar Bandura (Albert
Bandura:1925) adalah teori belajar social atau kognitif social serta efikasi
diri yang menunjukkan pentingnya proses mengamati dan meniru perilaku, sikap
dan emosi orang lain. Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks
interaksi tingkah laku timbale balik yang berkesinambungan antara kognitine
perilaku dan pengaruh lingkungan. Factor-faktor yang berproses dalam observasi
adalah perhatian, mengingat, produksi motorik, motivasi.
Ternyata tidak semua perilaku dapat dijelaskan dengan pelaziman. Bandura menambahkan konsep belajar sosial (social learning). Ia mempermasalahkan peranan ganjaran dan hukuman dalam proses belajar. Kaum behaviorisme tradisional menjelaskan bahwa kata-kata yang semula tidak ada maknanya, dipasangkan dengan lambak atau obyek yang punya makna (pelaziman klasik).
Ternyata tidak semua perilaku dapat dijelaskan dengan pelaziman. Bandura menambahkan konsep belajar sosial (social learning). Ia mempermasalahkan peranan ganjaran dan hukuman dalam proses belajar. Kaum behaviorisme tradisional menjelaskan bahwa kata-kata yang semula tidak ada maknanya, dipasangkan dengan lambak atau obyek yang punya makna (pelaziman klasik).
26. Teori
Operant Conditioning (Skinner)
Skinner (1904-1990), menganggap
reward dan rierforcement merupakan factor penting dalan belajar. Skinner berpendapat
bahwa tujuan psikologi adalah meramal mengontrol tingkah laku. Pda teori ini
guru memberi penghargaan hadiah atau nilai tinggi sehingga anak akan lebih
rajin. Teori ini juga disebut dengan operant conditioning. . Operans
conditioning adalah suatu proses penguatan perilaku operans yang dapat
mengakibatkan perilaku tersebut dapat diulang kembali atau menghilang sesuai
keinginan.
Operant conditing menjamin respon terhadap stimuli.Bila tidak menunjukkan stimuli maka guru tidak dapat membimbing siswa untuk mengarahkan tingkah lakunya. Guru memiliki peran dalam mengontrol dan mengarahkan siswa dalam proses belajar sehingga tercapai tujuan yang diinginkan.
Prinsip belajar Skinners adalah :
Operant conditing menjamin respon terhadap stimuli.Bila tidak menunjukkan stimuli maka guru tidak dapat membimbing siswa untuk mengarahkan tingkah lakunya. Guru memiliki peran dalam mengontrol dan mengarahkan siswa dalam proses belajar sehingga tercapai tujuan yang diinginkan.
Prinsip belajar Skinners adalah :
·
Hasil
belajar harus segera diberitahukan pada siswa jika salah dibetulkan jika benar
diberi penguat.
·
Proses
belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran digunakan
sebagai sistem modul.
·
Dalam
proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri, tidak digunakan
hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah untuk menghindari hukuman.
·
Tingkah
laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah dan sebaiknya hadiah diberikan
dengan digunakannya jadwal variable ratio reinforcer.
·
Dalam
pembelajaran digunakan shapping.
27. Teori
Classical Conditioning (Pavlov dan Watson)
Menurut teori conditioning (Ivan
Petrovich Pavlo:1849-1936), belajar adalah suatu proses perubahan yang terjadi
karena adanya syarat‑syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan reaksi
(response). Untuk menjadikan seseorang itu belajar haruslah kita memberikan
syarat‑syarat tertentu. Yang terpenting dalam belajar menurut teori
conditioning ialah adanya latihan‑latihan yang kontinu. Yang diutamakan dalam
teori ini ialah hal belajar yang terjadi secara otomatis.
Penganut teori ini mengatakan bahwa segala tingkah laku manusia. juga tidak lain adalah hasil daripada conditioning. Yakni hasil daripada latihan‑latihan atau kebiasaan-kebiasaan mereaksi terhadap syarat‑syarat/perangsang-perangsang tertentu yang dialaminya di dalam kehidupannya.
Kelemahan dari teori conditioning ini ialah, teori ini menganggap bahwa belajar itu hanyalah terjadi secara otomatis; keaktifan dan penentuan pribadi dalam tidak dihiraukannya. Peranan latihan/kebiasaan terlalu ditonjolkan. Sedangkan kita tahu bahwa dalam bertindak dan berbuat sesuatu, manusia tidak semata‑mata tergantung kepada pengaruh dari luar. Aku atau pribadinya sendiri memegang peranan dalam memilih dan menentukan perbuatan dan reaksi apa yang akan dilakukannya. Teori conditioning ini memang tepat kalau kita hubungkan dengan kehidupan binatang. Pada manusia teori ini hanya dapat kita terima dalam hal‑hal belajar tertentu saja; umpamanya dalam belajar yang mengenai skills (kecakapan-kecakapan) tertentu dan mengenai pembiasaan pada anak‑anak kecil.
Penganut teori ini mengatakan bahwa segala tingkah laku manusia. juga tidak lain adalah hasil daripada conditioning. Yakni hasil daripada latihan‑latihan atau kebiasaan-kebiasaan mereaksi terhadap syarat‑syarat/perangsang-perangsang tertentu yang dialaminya di dalam kehidupannya.
Kelemahan dari teori conditioning ini ialah, teori ini menganggap bahwa belajar itu hanyalah terjadi secara otomatis; keaktifan dan penentuan pribadi dalam tidak dihiraukannya. Peranan latihan/kebiasaan terlalu ditonjolkan. Sedangkan kita tahu bahwa dalam bertindak dan berbuat sesuatu, manusia tidak semata‑mata tergantung kepada pengaruh dari luar. Aku atau pribadinya sendiri memegang peranan dalam memilih dan menentukan perbuatan dan reaksi apa yang akan dilakukannya. Teori conditioning ini memang tepat kalau kita hubungkan dengan kehidupan binatang. Pada manusia teori ini hanya dapat kita terima dalam hal‑hal belajar tertentu saja; umpamanya dalam belajar yang mengenai skills (kecakapan-kecakapan) tertentu dan mengenai pembiasaan pada anak‑anak kecil.
REFERENSI:
Komentar
Posting Komentar