Pandangan Hidup "Mahatma Gandhi"
TUGAS IV
ILMU BUDAYA
DASAR
PANDANGAN
HIDUP “MAHATMA GANDHI”
Dosen :
Auliya Ar Rahma
OLEH
Nama :
Sentya Mersita
NPM :
1A114136
KELAS :
1KA08
SISTEM
INFORMASI
ILMU
KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI
MEI 2015
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR
BELAKANG
Setiap
manusia memiliki pandangan hidup yang berbeda-beda. Pandangan hidup memiliki
arti yaitu pendapat atau pertimbangan yang di jadikan pedoman atau petunjuk
dunia. Berikut adalah beberapa pandangan hidup manusia yang sering kita temui.
1.
Tradisionalisme
Tradisionalisme adalah ajaran yang mementingkan tradisi yang diterima
dari generasi-generasi sebelumnya sebagai pegangan hidup. Tradisi dapat
berasal dari praktek hidup yang sudah berjalan lama, ini disebut tradisi
kultural. Dapat pula berasal dari keyakinan keagamaan yang berpangkal pada wahyu, ini disebut tradisi
keagamaan. Sebagai aliran etis, tradisionalisme dapat
berpegang pada tradisi budaya atau kultural yang ada dalam masyarakat sebagai
warisan nenek moyang, atau pada tradisi keagamaan yang bersumber pada
wahyu keagamaan. Tradisi etis itu tampak juga
dalam bahasa, seperti petuah, nasihat, pepatah, norma dan prinsip, dalam
perilaku, seperti cara hidup, bergaul, bekerja, dan berbuat, serta dalam
pandangan dan sikap hidup secara keseluruhan. Bentuk bahasa, perilaku, pandangan,
dan sikap hidup merupakan tempat menyimpan nilai-nilai etis, wahana pengungkapan,
dan sarana mewujudkannya.
2.
Selibat
Selibat adalah
sebuah pilihan hidup yang bersumber dari suatu pandangan atau pemikiran
tertentu yang memutuskan sang pribadi untuk memilih hidup tanpa menikah. Pilihan hidup ini, meskipun bebas dianut oleh
siapa saja, sebagian besar dilakukan oleh kaum rohaniwan dari agama Kristen (terutamaKatolik)
dan agama Buddha. Sejumlah rohaniwan dari agama-agama lain
seperti agama Hindu, penganut paham mistik dan sufi juga
melakukan hal ini. Selibat seringkali dipilih oleh seseorang karena keyakinan
akan totalitas pekerjaan, dengan pertimbangan, berkeluarga dipandang bisa
menjadi beban. Misalnya, Dokter A ditugaskan dalam suatu peperangan.
Bila dia mempunyai keluarga, keluarga tersebut bisa menjadi sasaran ancaman. Melihat
situasi tersebut, ada kecenderungan orang memilih selibat.
Dalam agama Islam,
selibat cenderung dihindari karena umat Islam disunnahkan (beberapa pihak
berpendapat wajib) untuk menikah.
3.
Hedonisme
pandangan hidup yang menganggap bahwa orang
akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat
mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan. Hedonisme merupakan
ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup
dan tindakan manusia.
4.
Etimologi
adalah pandangan
hidup yang menganggap kebahagiaan
sebagai tujuan segala tindak-tanduk manusia. Dalam
eudaimonisme, pencarian kebahagiaan menjadi prinsip yang paling
dasariah. Kebahagiaan yang dimaksud bukan hanya terbatas kepada perasaan
subjektif seperti senang atau gembira sebagai aspek emosional, melainkan lebih
mendalam dan objektif menyangkut pengembangan seluruh aspek kemanusiaan
suatu individu (aspek moral, sosial, emosional,
rohani). Dengan demikian, eudaimonisme juga sering disebut etika pengembangan diri atau etika kesempurnaan hidup.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Manusia dan
Pandangan Hidup
2.
Pandangan
hidup MAHATMA GANDHI
BAB II
PEMBAHASAN
MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP
A.
PENGERTIAN PANDANGAN HIDUP
Setiap manusia pasti mempunyai pandangan
hidup. Sedangkan pandangan hidup itu sendiri bersifat kodrati. karena itu menentukan
masa depan setiap manusia. Untuk itu perlu dijelaskan pula apa arti pandangan
hidup itu sendiri. Pandangan hidup adalah pendapat atau pertimbangan yang
dijadikan pegangan, pedoman, arahan, dan petunjuk hidup di dunia. Pendapat atau
pertimbangan itu sendiri merupakan hasil pemikiran manusia berdasarkan
pengalaman sejarah menurut waktu dan tempat hidupnya.
Pandangan hidup itu banyak sekali macam dan
ragamnya. Dapat diklasifikasikan berdasarkan asalnya ada 3 macam, yaitu :
·
Pandangan
hidup yang berasal dari agama yaitu pandangan hidup yang mutlak kebenarannya.
·
Pandangan
hidup yang berupa ideologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang
terdapat pada negara tersebut.
·
Pandangan
hidup hasil renungan yaitu pandangan hidup yang relatif kebenarannya.
B.
CITA-CITA
Cita-cita adalah keinginan, harapan dan
tujuan yang selalu ada dalam pikiran. Itu semua merupakan yang harus diperoleh
seseorang pada masa mendatang. Apabila cita-cita itu tidak bisa terpenuhi, maka cita-cita itu sendiri di
sebut dengan angan-angan. Diantara masa sekarang
yang merupakan realita dengan masa yang akan datang sebagai ide atau cita-cita
terdapat jarak waktu.
Ada 3 faktor yang
mempengaruhi untuk mencapai cita-cita tersebut, yaitu :
·
Faktor Manusia, tergantung dari dirinya sendiri apa dia mau mencapai
cita-citanya atau tidak. Dan harus dilakukan dengan usaha nya sendiri.
·
Faktor kondisi, sesuai kondisi yang sedang dia rasakan. Apa dia bisa
menempati sesuai kondisi yang dia alami atau tidak.
·
Faktor tingginya cita-cita, semakin tinggi cita-cita kita semakin besar
pula usaha yang harus kita lakukan tergantung apa cita-cita yang kita inginkan.
C.
KEBAJIKAN
Kebajikan atau perbuatan
yang mendatangkan kebaikan pada hakekatnya sama dengan perbuatan moral,
perbuatan yang sesuai dengan norma agama dan etika. Manusia berbuat baik karena menurut
kodratnya manusia itu baik, makhluk yang bermoral dan beretika. Atas dorongan
suara hatinya cenderung manusia untuk berbuat kebaikan.
Manusia merupakan makhluk sosial yang artinya
: manusia yang hidup bermasyarakat, manusia yang saling membutuhkan satu dengan
yang lainnya, manusia saling tolong menolong dan saling menghargai sesama umat
manusia. Sebaliknya pula manusia saling mencurigai, saling membenci, saling
merugikan, dan sebagainya.
Ada 3 hal faktor-faktor yang menentukan tingkah
laku setiap manusia, yaitu :
·
Faktor
pembawaan (heriditas) yang telah ditentukan pada waktu seseorang masih dalam
kandungan.
·
Faktor
lingkungan dimana mereka tinggal dan hidup dalam lingkungan yang
baik maupun tidak baik.
·
Faktor
pengalaman yang khas yang pernah dialami sewaktu dia mulai hidup dan hingga
sampai dewasa.
D.
USAHA / PERJUANGAN
Usaha atau perjuangan adalah kerja keras
untuk mewujudkan suatu cita-cita yang di inginkan. Setiap manusia harus bekerja
keras demi kelangsungan hidupnya. Sebagian hidup manusia adalah usaha atau
perjuangan. Perjuangan untuk hidup itu sudah kodrat manusia, tanpa usaha atau
perjuangan manusia tidak dapat hidup sempurna. Bila kita menginginkan sukses
kunci nya kita harus berusaha dan berdoa. Berusaha dalam artian belajar dengan
tekun, rajin dan giat.
Kerja keras itu dapat dilakukan dengan otak
atau ilmu maupun dengan tenaga atau jasmani. Untuk bekerja keras manusia
dibatasi oleh kemampuan karena kemampuan terbatas itulah menjadi tolak ukur setiap
kemakmuran antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya.Kemampuan itu terbatas
pada fisik dan keahlian atau keterampilan dari manusia itu sendiri.
E.
KEYAKINAN / KEPERCAYAAN
Keyakinan atau kepercayaan yang menjadi dasar
pandangan hidup berasal dari akal atau kekuasaan allah. Menurut Prof. Dr. Harun
Nasution, ada 3 aliran filsafat yaitu :
1.
Aliran Naturalisme
Hidup manusia itu dihubungkan
dengan kekuatan gaib yang merupakan kekuatan tertinggi. Kekuatan gaib itu dari
natur dan itu dari allah.
2.
Aliran Intelektualisme
Dasar aliran ini adalah logika atau akal. Manusia mengutamakan akal dan
dengan akal manusia berpikir.
3.
Aliran Gabungan
Dasar aliran ini adalah kekuatan gaib dan juga akal. Kekuatan gaib misalnya
kekuatan yang berasal dari allah dan percaya adanya allah sebagai dasar
keyakinan.
F.
LANGKAH-LANGKAH BERPANDANGAN HIDUP YANG BAIK
Setaip manusia pasti mempunyai pandangan
hidup yang berbeda walau bagaimanapun bentuknya. Bagaimanapun bentuk suatu
pandangan hidup itu tergantung pada diri kita sendiri. Ada yang memperlakukan
pandangan hidup itu sebagai sarana untuk mencapai tujuan dan ada juga yang
memperlakukannya sebagai penimbul kesejahteraan, ketentraman dan sebagainya.
Pandangan hidup sebagai sarana untuk mencapai
tujuan dan cita-cita dengan baik. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
1.
Mengenal
kita harus mengenal dulu diri
kita sendiri itu seperti apa dan bagaimana untuk menyesuaikan nya.
2.
Mengerti
kita harus mengerti semua apa
yang telah kita lakukan dan apa yang sudah kita lakukan.
3.
Menghayati
apabila kita sudah mengenal dan
mengerti selanjutnya kita harus menghayatinya dengan hati. Dalam artian kita
melakukan nya sesuai keinginan dalam hati kita.
4.
Meyakini
Dalam melakukan suatu kegiatan
kita harus menyakini dengan hati yang bersih dan berserah diri kepada allah.
insyaallah kita akan di berikan suatu petunjuk yang bener oleh allah.
5.
Mengabdi
Setelah semua yang tadi telah
kita lakukan tinggal kita mengabdi kepada negara dimana tempat kita tinggal.
Dan tidak lupa juga membalas semua kebaikan kedua orangtua kita karna tanpa doa
orangtua kita tidak akan bisa sukses.
PANDANGAN
HIDUP MAHATMA GANDHI
Gandhi adalah
salah seorang yang paling penting yang terlibat dalam Gerakan Kemerdekaan India. Dia adalah aktivis yang tidak menggunakan kekerasan, yang mengusung
gerakan kemerdekaan melalui aksi demonstrasi damai.
Maka setidaknya
itulah yang melatarbelakangi penulisan makalah ini meskipun didalamnya hanya
menyinggung kecil sebagian biografi dan pemikiran seorang Mahatma Gandhi
sebagai aktivis di India.
1.
Biografi
Gandhi lahir pada 2 Oktober 1869 di negara bagian Gujarat di India. Beberapa dari anggota keluarganya bekerja pada pihak
pemerintah. Saat remaja, Gandhi pindah ke Inggris untuk mempelajari hukum. Setelah dia menjadi pengacara, dia pergi ke Afrika Selatan, sebuah koloni
Inggris, di mana dia mengalami diskriminasi ras yang dinamakan apartheid. Dia kemudian
memutuskan untuk menjadi seorang aktivis politik agar dapat mengubah hukum-hukum yang diskriminatif tersebut.
Gandhi pun membentuk sebuah gerakan non-kekerasan.
Ketika kembali ke India, dia membantu dalam proses kemerdekaan India dari jajahan Inggris; hal
ini memberikan inspirasi bagi rakyat di koloni-koloni lainnya agar berjuang
mendapatkan kemerdekaannya dan memecah Kemaharajaan Britania untuk kemudian
membentuk Persemakmuran.
Rakyat dari agama dan suku yang berbeda yang
hidup di India kala itu yakin bahwa India perlu dipecah menjadi beberapa negara
agar kelompok yang berbeda dapat mempunyai negara mereka sendiri. Banyak yang
ingin agar para pemeluk agama Hindu dan Islam mempunyai negara
sendiri. Gandhi adalah seorang Hindu namun dia menyukai
pemikiran-pemikiran dari agama-agama lain termasuk Islam dan Kristen. Dia percaya
bahwa manusia dari segala agama harus mempunyai hak yang sama dan hidup bersama
secara damai di dalam satu negara.
Pada 1947, India menjadi merdeka dan pecah menjadi dua negara, India dan Pakistan. Hal ini tidak
disetujui Gandhi.
Prinsip Gandhi, satyagraha, sering
diterjemahkan sebagai "jalan yang benar" atau "jalan menuju
kebenaran", telah menginspirasi berbagai generasi aktivis-aktivis
demokrasi dan anti-rasisme seperti Martin Luther King, Jr. dan Nelson Mandela. Gandhi sering
mengatakan kalau nilai-nilai ajarannya sangat sederhana, yang berdasarkan
kepercayaan Hindu tradisional: kebenaran (satya), dan non-kekerasan (ahimsa).
Pada 30 Januari 1948, Gandhi dibunuh
seorang lelaki Hindu yang marah kepada Gandhi karena ia terlalu memihak kepada Muslim.
2.
Pemikiran Mahatma Gandhi
Pemikiran
Mahatma Gandhi banyak dipengaruhi oleh lingkungan masa kecilnya yakniorang
tuanya, desanya dan masyarakat sekitar. Lebih-lebih suasana religius
Hinduismeyang menjiwai setiap
orang India. Selama perjuanganya
di Afrika Selatan, Gandhi mengembangkan lebih dalam keyakinan spiritualnya.
Pemikiran Mahatma Gandhi Sebenarnya tidak begitu kompleks; justru
sebaliknya, Gandhi dengan tegas memilih kesederhanaan,
tidak hanya dalam menjelaskan ajarannya tetapi juga dalam praktek hidup. Hal itu nampak pada konsepnya tentang
Tuhan, alam dan kehidupan dunia.
Konsep
pemikiran Gandhi bersumber pada tradisi pemikiran India pada umumnya dan Hindu
pada khususnya. Tradisi pemikiran India antara lain mempunyai kecenderungan
yang bersifat spiritual,
menempatkan intuisi sebagai sarana untuk memperoleh
kebenaran; bersifat monistis;
selalu mempertimbangkan hal-hal yang bersifat tradisional dan bersedia menerima
komentar-komentar dari para pemikir. Pemikiran tersebut mengacu pada coraknya
yang bersifat kerohaniahan dan kesediaannya mengadakan adaptasi terhadap
aliran-aliran pemikiran yang lain.
Pemikiran
Mahatma Gandhi bertumpu pada pemikiran India dan ditumbuh kembangkan oleh
pemikiran yang lain yang ia ketahui sejauh hal itu tidak bertentangan
dengan Hinduisme. Adapun konsep-konsep pemikirannya secara garis besar dapat
dikemukakan sebagai berikut :
Tuhan,
sebagaimana yang ia yakini adalah kebenaran dan kasih. Tuhan adalah
etika dan moralitas. Tuhan merupakan wujud universal yang meliputi segala
sesuatu, dan manusia merupakan bagian terkecil. Konsep mengenai Tuhan sebagai
realitas tidak dapat dipisahkan dari pemahaman Gandhi mengenai kebenaran.
Gandhi meyakini bahwa eksistensi kebenaran/Tuhan tidak bisa dibuktikan, tetapi
hanya bisa dihayati. Ia mengungkapkan bahwa sifat dan wujud Tuhan bukan
personal dan mempribadi, melainkan impersonal dan hanya bisa ditangkap melalui
keyakinan dan melalui pemahaman. Dia menulis “Di sini ada kekuatan
misterius yang tidak bisa didefinisikan, tidak terbatas, dan meliputi
segalanya. Saya merasakannya, meskipun tidak melihatnya”. Bukti lahiriah
tentang Tuhan tidaklah perlu, karena kita pasti gagal merasakannya melalui
indera kita. “ Musik ilahi tanpa hentinya akan mengalun dalam diri kita, tetapi
perasaan kita yang gaduh akan menelan bunyi musik yang halus itu, yang bunyinya
tidak sama dan jauh lebih tinggi dari apa pun yang dapat kita rasakan atau
dengar dengan indera kita”. Tuhan/kebenaran tidak bisa dicerap oleh panca
indera yang seringkali menipu kita tetapi hanya bisa dirasakan melalui jiwa
yang merupakan perwujudan kesucian atau fitrah dalam diri.
Kehadiran
Tuhan dapat dirasakan atau dilihat dari adanya realitas di hadapan kita,
realitas alam yang teratur, sebagai contoh, bukanlah semata-mata keteraturan
yang buta, sebab keteraturan itu mempunyai arah, hukum seperti itu dipahaminya
sebagai Tuhan. Jalan menemukan Tuhan yaitu dengan melihat dan bersatu
dengan ciptaan-Nya. Inilah kebenaran yang dimaksud Gandhi, dan bersatu,
berdamai, selaras dengan ciptaan itu disebut sebagai ahimsa.
Ahimsa tidak sebatas hanya pada
keyakinan atau sikap saja, tetapi lebih merupakan suatu keseluruhan hidup yang ahimsa, yang meliputi pikiran,
tindakan, dan ucapan. Ahimsa mencakup seluruh ciptaan, itu artinya
bahwa orang harus berlaku secara ahimsa kepada siapa pun. Ahimsaditujukan kepada mereka
yang mempunyai keteguhan jiwa, bukan kepada mereka yang lemah dan suka
kompromi. Hanya mereka yang mampu mengalahkan ketakutanlah yang sungguh-sungguh
dapat memiliki ahimsa,
sehingga benar-benar ia menjadi orang yang seluruh hidupnya hanya mau berpegang
pada kebenaran atau Satyagraha.
Menjadi Satyagrahi atau orang yang cinta akan kebenaran
seseorang diwajibkan untuk melakukan tindakan disiplin diri dan sikap
pengabdian, karena penekanannya pada pencapaian ketinggian moral. Untuk itu perlu melatih dan terus
menerus dalam disiplin, kesadaran diri dan kebersihan lahir dan batin (Brahmacharya).
Sementara
mengenai kebenaran dunia atau alam, adalah suatu ciptaan Tuhan yang digunakan
sebagai lahan bagi manusia untuk mewujudkan dirinya dengan bimbingn moral.
Gandhi beranggapan bahwa manusia hidup dalam arti yang sebenar-benarnya apabila
bersatu dengan alam, karena hakikat manusia akan selalu berhubungan dengan alam
atau dunia. Menurut keyakinannya hidup di dunia merupakan jembatan bagi
kehidupan yang abadi, sejauah hal itu dimengerti secara sadar.
Mengenai
manusia, Gandhi berpendapat bahwa pada hakikatnya manusia terdiri dari jasmani
dan rohani. Manusia juga mempunyai kasadaran, rasio, kehendak, emosi dan rasa
keindahan. Dengan kesadaran manusia dapat mengambil jarak dengan lingkungannya.
Sementara rasio menyebabkan manusia sanggup bertanya dan menjawab terhadap
kesadarannya. Selanjutnya dengan kehendak dapat direalisasikan apa yang menjadi
pemikirannya. Dengan emosinya manusia dapat mengetahui suasana hati dan
mengetahui hubungan antar sesama. Ahirnya dengan keindahan manusia dapat
menghargai produk budaya bangsa bagaimana corak dan bentuknya.
3.
Mahatma Gandhi Perjuangan dan Pemikiran
….apabila
kekerasan dibalas dengan kekerasan hanya akan melahirkan kebencian dan tidak
melahirkan bibit-ninitpermusuhan baru. Gandhi mengajarkan kita pada
pentingnya memperjuangkan sesuatu berdasarkan kebenaran(satyagraha). Lebih
lanjut, perjuangan itu juga harus berada di jalan yang benar dan bermoral.
Gandhi telah mulai merintis perjuangannya sejak di berada
di Afrika Selatan. Pada tahun 1893 dimana dia melihat adanya perlakuan
diskriminasi yang dilakukan oleh pemerintah setempat terhadap masyarakat India, serta masyarakat kulit hitam di sana untuk
melakukan tindakan non-kooperasi terhadap pemerintah / penguasa Afrika Selatan.
Gandhi menemukan penindasan tidak hanya pada mereka yang
membangkang, namun juga pada yang luka-luka dan meregang nyawa. Dalam catatan
hariannya, Gandhi menulis, "Saat itu tak ada orang Eropa yang bersedia
membantu membalut luka mereka...Kami harus membersihkan luka-luka orang Zulu
yang tidak dirawat setidaknya setelah lima atau
enam hari yang lalu, karena itu luka-lukanya membusuk dan sangat menakutkan.
Kami menyukai pekerjaan kami."Situasi itu menjadi peletup kesadaran Gandhi
bahwa kekerasan tak bisa diselesaikan dengan kekerasan. Bila mata dibalas
dengan mata, semua manusia akan gelap mata. Kesadaran lain yang muncul saat itu
adalah bahwa ia harus memberikan pelayanan terhadap semua manusia dengan
segenap jiwa raganya.
Kesadaran
ini diwujudkan dalam prinsip perjuangan: bramkhacharya (mengendalikan hasrat
seksual), satyagraha (kekuatan kebenaran dan cinta), swadeshi (memenuhi
kebutuhan sendiri) dan ahimsa (tanpa kekerasan terhadap semua makhluk). Setelah
itu, Gandhi terus-menerus melakukan perlawanan kesewenang-wenangan dengan
gerakan tanpa kekerasan. Misalnya, Gandhi menolak aturan diskriminatif dengan
mogok makan, berjalan kaki bermil-mil, membuat garam sendiri ketika semua
rakyat harus membeli garam dari pemerintah Inggris, dan sebagainyaBagi Gandhi,
hasrat seksual merupakan sumber dari kejahatan dan cenderung mementingkan diri
sendiri, yaitu nafsu, amarah, dan agresi. Hasrat seksual dapat ditaklukkan
melalui penolakan terhadap adanya pamrih yang selalu mengikuti perbuatan, untuk
itulah ia bertekad menjalani prinsip bramkhacharya. Ketiadaan pamrih dapat
dilakukan bila jiwa terikat pada prinsip Kebenaran Ilahiah. Inilah prinsip
satyagraha, yaitu kepercayaan bahwa jiwa dapat diselamatkan dari kejahatan
dunia, dan juga dapat memberikan pertolongan, sejauh jiwa itu senantiasa berada
dalam pencariannya terhadap Tuhan melalui kebenaran dan hanya
kebenaran.Swadeshi dapat diartikan dalam beberapa arti yang bermacam-macacm
oleh kaum politik Indiaitu sendiri. Ada yang mengartikan sebagai
suatu boikot tak mau membeli barang-barang buatan Inggris, yakni sebagi suatu
taktik pejuangan menyerang.
Ada
pula yang mngartikan sebagai hanya sebagai usaha positif memajukan kerajinan
sendiri, pertukangan sendiri, industrialisme sendiri. Ada yang memandangnya
sebagai suatau senjata politik, dan ada yang pula yang memandangnya sebagai
suatu usaha ekonomi yang bersangkutan dengan politik sama sekali.Sementara itu,
ahimsa adalah kekuatan cinta, suatu penghormatan pada semua bentuk kehidupan.
Ini adalah ajaran yang dimiliki semua agama, yaitu manusia memiliki kewajiban
menghindari kejahatan dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik di dunia.
Tentang ahimsa Gandhi menyatakan, "Ahimsa...bukan sekadar tingkatan tidak
melakukan penyerangan secara negatif tetapi...tingkatan cinta yang positif,
berbuat baik bahkan kepada pelaku kejahatan". Ajaran Gandhi ini
didasarkan pada beberapa asumsi. Pertama, kemerdekaan dan kesejahteraan hanya
dapat dimulai dari kemandirian individu. Maka masing-masing individu-individu
harus mampu menyalurkan hasrat negatifnya pada tindakan-tindakan positif.Kedua,
Gandhi meyakini bahwa perkembangan dan kemajuan akan diperoleh tidak melalui
konsesi-konsesi dan reformasi-reformasi konstitusional, tetapi melalui
perjuangan yang dilakukan oleh rakyat sendiri secara bersama. Untuk dapat
membangkitkan kebersamaan itu dibutuhkan kekuatan cinta dan kerelaan untuk
mengalami penderitaan rakyat.
Cinta
dan penderitaan sesama inilah yang dapat merekatkan perbedaan identitas dalam
relasi saling ketergantungan yang dapat menghentikan konflik.Melalui ajarannya
itu, sejak tahun 1906, Gandhi terus-menerus berjuang melawan penjajahan dengan
cinta dan solidaritas. Sejak tahun itu, Gandhi menyerukan kepada seluruh rakyat
India untuk membuat beberapa bentuk kerajinan tangan sehingga tak ada lagi yang
akan menjadi beban masyarakat. Gandhi berseru kepada rakyat India untuk
menemukan kembali hubungan yang murni dan orisinil antara manusia dengan alam,
karena dia yakin bahwa perceraian dengan alam adalah sumber dari segala
penyakit.Gandhi berseru agar rakyat mendidik dirinya mengenai dasar-dasar
kesehatan dan lingkungan yang sehat, supaya bisa mencegah dan menghentikan
bibit-bibit penyakit. Gandhi berseru agar melakukan berbagai aktivitas semacam
pemeliharaan hutan dan memelihara lebah, membuat barang pecah belah dan kertas,
sehingga tak ada seorang pun yang tidak mempunyai makanan, peralatan atau
buku.Gandhi berseru untuk mengembangkan pendidikan dasar melalui program kerja
dan belajar di sekolah, sehingga anak-anak tumbuh dengan mengetahui cara
membaca, menulis dan bagaimana bekerja dengan tenaga fisik. Gandhi menyerukan
kepada rakyat berpartisipasi dalam majelis-majelis desa dan dengan cara ini
rakyat dapat belajar memecahkan masalahnya sendiri.Gandhi dengan ajaran anti
kekerasan (ahimsa) yang dilakukan untuk kemerdekaan India telah memberi
inspirasi kepada seluruh dunia. Dengan ajaran-ajarannya tersebut, hidup
sederhana pun ia jalani. Dengan ahimsa perlawanannya cukup memberikan kekuatan
kepada rakyat untuk turut serta melawan kekerasan. Ahimsa adalah perjuangan
dengan kekuatan cinta dan kasih sayang.
Perjuangan
untuk tidak menyakiti baik fisik maupun pikiran sehingga ahimsa bukan
semata-mata menyakiti secara fisik. Melainkan perjuangan untuk melawan suatu
ketidakbenaran. Ajaran ahimsa yang dianut oleh Gandhi menurut penulis merupakan
bentuk representasi dari pengalaman uang diterimanya dalam lingkingan
keluarganya, karena sebagaimana yang telah diketahui bahwa Gandhi berasal dari
keluarga yang religius yang menghargai nilai-nilai kemanusiaan dan rasa cinta
kasih terhadap sesame.Ajaran selanjutnya dari Gandhi adalah swadesi atau
berusaha untuk mandiri dengan mencukupi kebutuhan diri sendiri. Ini tidak serta
merta dilakukan begitu saja, namun harus dibangun sistem untuk menciptakan
kekuatan baik pada diri maupun kepada rakyat. Misalnya membangun perekonomian
yang menghidupkan kekuatan masyarakat sehingga menghilangkan ketergantungan
pada pihak asing. Pendidikan juga memiliki peran penting dalam mewujudkan
kemandirian ini, karena disinilah karakter masyarakat dibentuk untuk melakukan
pengendalian diri. Bagi penulis, ajaran ini merupakan bentuk kekhawatiran
Gandhi terhadap masuknya produk-produk asing ke India sehingga masyarakat India
semakin konsumtif untuk itulah kemudian dia mengajak rakyat India agar mau
untuk memproduksi barang-barangnya sendiri tanpa harus bergantung terhadap
produk asing.Bramkhacharya merupakan salah satu prinsip ajaran Gandhi yang
terlihat tidak terlalu menonjol dibanding ajaran-ajarannya yang lain.
Ajaran
ini memusatkan diri pada pengendalian hawa nafsu (seksual), dimana dia
beranggapan bahwa segala kejahatan di muka bumi ini dapa diredam apabila
manusia dapat mengendalikan hawa nafsunya. Bagi penulis ajaran tersebut cukup
baik, namun mematikan hasrat seksual bagi manusia dapat menghancurkan peradaban
manusia itu sendiri.Melalui satyagraha, berpegang teguh pada kebenaran yang
dibarengi dengan teladan membuat Gandhi diikuti oleh banyak pengikutnya.
Apalagi dengan ditambah kejujuran dan kesederhanaan Gandhi. Satyagraha
menekankan sebuah perjuangan menentang ketidakadilan melalui kesediaan diri
menanggung penderitaan. Beberapa gerakan satyagraha yang dipimpin Gandhi di
India adalah berjuang untuk para petani miskin pribumi Champaran, pemogokan
buruh pabrik di Ahmedabad dan Kheda, melakukan pembaruan pada Konggres Nasional
India dan yang paling fonumental adalah mengubah resolusi penting menuntut
status dominian bagi India dibawah pengawasan gerakan Satyagraha di seluruh
India di Kalkutta pada Desember 1928.
Gandhi
adalah pemimipin yang paling inspirasional pada awal abad 20. Advokasinya
tentang aksi ketidakpatuhan warga serta tanpa kekerasan adalah cara yang paling
efektif untuk mencapai perubahan sosial yang mempengaruhi pergerakan-pergerakan
lain di dunia, seperti perjuanagan Marthin Luther King Jr. di Amerika Serikat
yang terinspirasi oleh perjuangannya dalam menuntut persamaan hak dan
penghapusan tindakan diskriminasi antara masyarakat kulit putih terhadap
masyarakat kulit hitam.Jika ajaran Mahatma Gandhi diikuti, relatif hal itu akan
bisa terhindari. Andaikan banyak pihak mau mengikuti gerakan ahimsa (ajaran
yang menolak kekerasan), maka korban kemanusiaan tidak akan terjadi. Karena
apabila kekerasan dibalas dengan kekerasan hanya akan melahirkan kebencian dan
tidak melahirkan bibit-ninit permusuhan baru. Gandhi mengajarkan
kita pada pentingnya memperjuangkan sesuatu berdasarkan kebenaran (satyagraha).
Lebih lanjut, perjuangan itu juga harus berada di jalan yang benar dan
bermoral.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Mahatma Gandhi’s
Top 10 Fundamentals for Changing the World:
1. Change Yourself
“You must
be the change you want to see in the world.” Kau sendiri mesti
menjadi perubahan seperti yang kauinginkan terjadi dalam dunia.
Perubahan mesti
dimulai dari diri sendiri. Jangan mengharapkan perubahan dari dunia luar.
Jangan menunda perubahan diri hingga dunia berbeda. Coba perhatikan, dunia ini
senantiasa berubah. Kalau kita tidak ikut berubah, kita menciptakan konflik antara
diri kita dan dunia ini. Pengotakan manusia berdasarkan suku, ras, agama,
kepercayaan dan lain sebagainya lahir dari pikiran yang masih belum dewasa.
Pikiran yang masih hidup dalam masa lampau, masih sangat regional atau parsial,
belum universal. Pikiran seperti inilah yang telah mengacaukan negeri kita saat
ini. Kita hidup dalam kepicikan pikiran kita, dalam kotak-kotak kecil pemikiran
kita, tetapi ingin menguasai seluruh Nusantara, bahkan kalau bisa seluruh
dunia. Jelas tidak bisa.
2. You Are in Control
“Nobody
can hurt me without my permission.” Tak seorang pun dapat
menyakitiku bila aku tidak mengizinkannya.
Karna seorang bijak,
seorang dermawan, seorang pemimpin yang ideal, tetapi seluruh kebaikannya itu
seolah terlupakan oleh sejarah karena keberpihakannya pada Adharma, pada pelaku
kejahatan. Bila ingin menjadi seorang pemimpin, jangan memelihara virus sakit
hati. Terlebih lagi jangan sampai penyakit itu dijadikan pemicu dan motivasi
untuk maju ke depan. Bila kita merasa bisa disakiti, kita sungguh lemah.
Perasaan itu saja sudah membuktikan bahwa kita tidak layak untuk menjadi
pemimpin. Setiap aksi menimbulkan reaksi yang setimpal. Ini merupakan hukum
alam. Setiap orang bertanggung jawab atas perbuatannya. Setiap orang
bertanggung jawab terhadap alam, terhadap keberadaan – terhadap Tuhan. Janganlah
sekali-kali membalas aksi kejahatan dengan kejahatan, kekerasan dengan
kekerasan, karena setiap orang yang membalas kejahatan dengan kejahatan menjadi
jahat. Setiap orang yang membalas kekerasan dengan kekerasan menjadi keras.
3. Forgive and Let It Go
“The weak
can never forgive. Forgiveness is the attribute of the strong. An eye for eye
only ends up making the whole world blind”. Seorang lemah tidak
dapat memaafkan. Kemampuan untuk memaafkan hanya ada pada mereka yang kuat.
Bila pencungkilan mata dibalas dengan mencungkil mata, seluruh dunia akan
menjadi buta.
Memaafkan
berarti tidak membenci para pelaku kejahatan. Bujuklah mereka, berilah
kesempatan untuk mengubah diri. Namun bila mereka tidak memanfaatkan kesempatan
itu, tidak mau mengubah diri dan tetap menggunakan kekerasan, kewajiban kita
lah untuk memastikan mereka dikarantina beberapa waktu. Karena itu penjara,
bui, atau lembaga pemasyarakatan kita mesti berubah menjadi Lembaga
Pengembangan Diri, Lembaga Pembenahan Diri, Lembaga Pencerahan Diri. Jangan
memenjarakan jiwa mereka dalam kotak-kotak baru “ penafsiran agama yang
sempit”, yang selama itu sudah menjadi sumber dari sekian banyak konflik dan
persoalan. Bebaskan nilai-nilai luhur keagamaan dari pemahaman kita yang sangat
jauh dari keluhuran. Banyak penafsir agama di antara kita justru membenarkan
aksi balas dendam. Mereka tidak menginginkan kita melupakan kejadian-kejadian
penuh kekerasan yang terjadi pada masa lalu. Mereka tidak menginginkan kita
melupakan sejarah suram yang sudah tidak relevan dan tidak konstektual lagi
dengan zaman kita.
4. Without Action You Aren’t Going
Anywhere
“An ounce
of practice is worth more than tons of preaching.” Satu ons
tindakan lebih baik daripada berton-ton dakwah.
Bicara memang mudah.
Melakoni sesuatu memang tidak mudah, tetapi apa arti sesuatu yang hanya
dibicarakan, dan tidak dikerjakan, tidak dilakoni? Kita boleh bicara tentang
keamanan bagi semua, keadilan dan kesejahteraan bagi semua, kedamaian dan
kebahagiaan bagi semua, kenyataannya apa? Kita masih saja memikirkan
kepentingan kelompok dan kepentingan partai di atas kepentingan umum. Bundelan
buku di atas seekor keledai, kata Imam Ghazali, tak mampu mengubah keledai itu
menjadi seorang cendekiawan.
5. Take Care of This Moment
“I do not
want to foresee the future. I am concerned with taking care of the present. God
has given me no control over the moment following.” Aku tak ingin
melihat apa yang dapat terjadi di masa depan. Aku peduli pada masa kini. Tuhan
tidak memberiku kendali terhadap apa yang dapat terjadi sesaat lagi.
Seperti inilah
kejujuran seorang Gandhi. Ia tidak mengaku dapat melihat masa depan. Ia tidak
mengaku memperoleh bisikan dari siapa-siapa. Ia mengaku dirinya orang biasa,
tidak lebih penting darpada orang yang derajatnya paling rendah, paling hina
dan dina. Gandhi tidak ragu, tidak bimbang, tidak bingung, karena ia hidup
dalam kekinian. Ia bisa bertindak sesuai dengan nuraninya karena tidak
menghitung laba-rugi. Mereka yang ragu, bimbang, dan bingung adalah orang yang
tidak bisa hidup dalam kekinian. Mereka selalu menghitung laba-rugi. Untuk
mengubah hidup kita kini, berkaryalah sekarang dan saat ini juga. Bahkan.
Jangan memboroskan energi untuk berpikir tentang hasil karya. Bila karya kita
baik, hasilnya pun sudah pasti baik. Yakinilah hal ini.
6. Everyone Is Human
“I Claim
to be a simple individual liable to err like other fellow mortal. I own,
however, that I have humility enough to confess my errors and to retrace my
steps. It is unwise to be too sure of one’s own wisdom. It is helathy to be
reminded than the strongest might weaken and the wisest might err.”
Aku hanyalah seorang manusia biasa yang dapat berbuat salah seperti orang lain
juga. Namun, harus kutambahkan bahwa aku memiliki kerendahan hati untuk
mengakui kesalahanku dan memperbaikinya. Adalah tidak bijaksana bila kita
terlalu yakin akan kebijakan sendiri. Kita mesti ingat bahwa sekuat apa pun
kita bisa menjadi lemah, sebijak apa pun bisa berbuat salah.
Menjadi “manusia
biasa” adalah tujuan setiap manusia. Manusia tidak lahir untuk menjadi sesuatu
yang lain. Ia tidak lahir untuk menjadi malaikat atau dewa. Ia lahir untuk
menjadi manusia. Manusia biasa. Namun betapa sulitnya menjadi “manusia biasa”.
Adalah sangat mudah bagi kita untuk mengaku sebagai “ini” dan “itu” – sebagai
umat dari agama tertentu, sebagai alumni dari universitas tertentu, sebagai
politisi dari partai tertentu.dan, betapa sulit bagi kita untuk
mengaku, “aku orang Indonesia”. Karena kita ingin menunjukkan bahwa diri kita
beda. Ya, masing-masing ingin berucap, “ Akubukan orang biasa; aku luar biasa”.
7. Persist
“First
they ignore you, then they laugh at you, then they fight you, then you win.”
Awalnya mereka meremehkanmu, kemudian menertawakanmu, kemudian melawanmu, lalu
kau keluar sebagai pemenang.
Ketika sedang
dibombardir dengan segala macam tuduhan dan kritik, semangat kita memang bisa
melemah. Tetapi jangan sekali-kali membiarkan mereka mematahkan semangat kita.
Jadilah motivator bagi diri sendiri. Sesungguhnya kita tidak membutuhkan
motivator di luar diri. Bila kita percaya pada motivator di luar diri, mau tak
mau kita pun akan memercayaai para provokator di luar diri. Motivator dan
provokator adalah insan sejenis. Dua-duanya ingin menguasai diri kita. Untuk
itu, terlebih dahulu mereka mesti melemahkan diri kita, karena hanya diri yang
lemah yang dapat dikuasai. Dunia ini ibarat medan perang Kurusetra. Di medan
ini kita akan menemukan Kurawa yang berpihak pada adharma, dan Pandawa yang
berpihak pada dharma. Di medan ini pula kita dapat berharap bertatap muka
dengan sang Sais Agung, Sri Krishna. Bila ragu, bila bimbang, tanyalah kepada
Krishna yang bersemayam dalam diri. Dialah Sang Mahaguru Sejati.
8. See the Good in People and Help
Them
“I look
only the good qualities of men. Not being faultless myself, I won’t presume to
probe into the faults of others. Man becomes great exactly in the degree in
which he works for the welfare of his fellow-men. I suppose leadership at one
time meant muscles, but today it means getting with people.” Aku
hanya melihat sifat baik di dalam diri sesama manusia. Karena aku sendiri tidak
sepenuhnya bebas dari keburukan, aku tidak membedah orang lain untuk mencari
keburukan mereka. Manusia menjadi besar selaras dengan kebaikan yang
dilakukannya bagi kesejahteraan sesama manusia. Barangkali otot menjadi tolok
ukur bagi kepemimpinan pada masa lalu, Sekarang tolok ukuranya adalah hubungan
dengan sesama manusia.
Bila memang demikian,
kenapa kau ingin mengusir Inggris dari India? Kenapa kita tidak bisa hidup
berdampingan dengan mereka? Karena negeri ini adalah negeri kita, dan sudah
sepatutnya kita sendiri yang mengurusinya. Mereka tidak perlu mengurusi kita.
Kaum penjajah tidak puas dengan hidup berdampingan. Mereka ingin berkuasa.
Selalu demikian. Di India demikian; di Indonesia pun sama. Dan, hal itu
melanggar dharma. Membiarkan diri kita dijajah, bukanlah dharma. Karena itu,
kita mesti melawan.
9. Be Congruent, Be Authentic, Be Your
True Self
“Happiness
is when what you think, what you say, and what you do are in harmony. Always
aim at complete harmony of thought and word and deed. Always aim at purifying
your thoughts and everything will be well.” Keselarasan antara apa
yang kaupikirkan, apa yang kau ucapkan dan apa yang kaulakukan itulah
kebahagiaan. Jadikan keselarasan antara pikiran, ucapan dan tindakan sebagai
tujuanmu. Jadikanlah pemurnian pikiran sebagai tujuanmu, maka semuanya akan
beres.
Keselarasan adalah
Rumus Utama untuk meraih Kebahagiaan dalam hidup ini. Para teroris boleh
bersenang-senang, bahkan menikah dalam penjara untuk memastikan bahwa di surga
dirinya tidak kesepian. tetapi, apakah mereka bahagia? Dan, bila mereka tidak
bahagia di sini, di sana pun tak ada kebahagiaan bagi mereka. Pernah saya baca
dalam salah satu kitab suci: Mereka yang di sini buta, di sana pun sama. Mereka
yang buta terhadap kesengsaraan sesama manusia berarti jiwamereka memang telah
buta. Mereka tidak lagi mempunyai batin. Nurani mereka sudah mati. Jangankan
selaras dengan hukum alam, terhadap nilai-nilai luhur kemanusiaan saja mereka
sudah tidak selaras. Para teroris yang melakukan aksi pemboman, atau komando
laskar-laskar perusak yang menggunakan atribut-atribut keagamaan itu selaras
dengan siapa?
10. Continue to Grow and Evolve
“Constant
development is the law of life, and a man who always tries to maintain his
dogmas in order to appear consistent drives himself into a false position.”
Perkembangan terus-menerus itulah hukum alam. Orang yang ingin bertahan dengan
dogma-dogma (lama) untuk menunjukkan konsistensi diri, sesungguhnya berada pada
posisi yang salah.
Kenapa orang yang
seperti itu berada pada posisi yang salah? Karena, perubahan adalah hukum alam.
Sementara mereka yang fanatik terhadap dogma-dogma, dan tidak memahami
nilai-nilai luhur di baliknya, terperangkap oleh ego mereka sendiri. Ego yang
ingin membuktikan dirinya konsisten. Konsistensi dianggap nilai-nilai luhur,
padahal tidak demikian. Apa yang konsisten di dalam dunia ini? Apa yang
konsisten dalam diri kita? Setiap beberapa tahun, bahkan seluruh sel di dalam
tubuh kita berubah total. Dari zaman ke zaman, ajaran-ajaran luhur pun perlu
dimaknai kembali, dikonstektualkan. Kebiasaan-kebiasaan lama mesti diuji terus
apakah masih relevan, masih sesuai dengan perkembangan zaman.
DAFTAR PUSTAKA
http://dhiiyan-gildy.blogspot.com/2012/05/manusia-dan-pandangan-hidup_13.html
http://dhiiyan-gildy.blogspot.com/2012/05/manusia-dan-pandangan-hidup.html
http://hinduismegue.blogspot.com/2012/11/pemikiran-mahatma-gandhi.htmlhttps://triwidodo.wordpress.com/2011/02/14/sepuluh-10-butir-pandangan-mahatma-gandhi-untuk-mengubah-dunia-renungan-ke-65-tentang-berguru/
Komentar
Posting Komentar