Pandangan Hidup "Mahatma Gandhi"


TUGAS IV
ILMU BUDAYA DASAR
PANDANGAN HIDUP “MAHATMA GANDHI”

Dosen : Auliya Ar Rahma






OLEH
Nama : Sentya Mersita
NPM : 1A114136
KELAS : 1KA08



SISTEM INFORMASI
ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI
MEI 2015




BAB I
PENDAHULUAN


LATAR BELAKANG

Setiap manusia memiliki pandangan hidup yang berbeda-beda. Pandangan hidup memiliki arti yaitu pendapat atau pertimbangan yang di jadikan pedoman atau petunjuk dunia. Berikut adalah beberapa pandangan hidup manusia yang sering kita temui.

    1.       Tradisionalisme
Tradisionalisme adalah ajaran yang mementingkan tradisi yang diterima dari generasi-generasi sebelumnya sebagai pegangan hidup. Tradisi dapat berasal dari praktek hidup yang sudah berjalan lama, ini disebut tradisi kultural. Dapat pula berasal dari keyakinan keagamaan yang berpangkal pada wahyu, ini disebut tradisi keagamaan. Sebagai aliran etis, tradisionalisme dapat berpegang pada tradisi budaya atau kultural yang ada dalam masyarakat sebagai warisan nenek moyang, atau pada tradisi keagamaan yang bersumber pada wahyu keagamaan. Tradisi etis itu tampak juga dalam bahasa, seperti petuah, nasihat, pepatah, norma dan prinsip, dalam perilaku, seperti cara hidup, bergaul, bekerja, dan berbuat, serta dalam pandangan dan sikap hidup secara keseluruhan. Bentuk bahasa, perilaku, pandangan, dan sikap hidup merupakan tempat menyimpan nilai-nilai etis, wahana pengungkapan, dan sarana mewujudkannya.

    2.       Selibat
Selibat adalah sebuah pilihan hidup yang bersumber dari suatu pandangan atau pemikiran tertentu yang memutuskan sang pribadi untuk memilih hidup tanpa menikah. Pilihan hidup ini, meskipun bebas dianut oleh siapa saja, sebagian besar dilakukan oleh kaum rohaniwan dari agama Kristen (terutamaKatolik) dan agama Buddha. Sejumlah rohaniwan dari agama-agama lain seperti agama Hindu, penganut paham mistik dan sufi juga melakukan hal ini. Selibat seringkali dipilih oleh seseorang karena keyakinan akan totalitas pekerjaan, dengan pertimbangan, berkeluarga dipandang bisa menjadi beban. Misalnya, Dokter A ditugaskan dalam suatu peperangan. Bila dia mempunyai keluarga, keluarga tersebut bisa menjadi sasaran ancaman. Melihat situasi tersebut, ada kecenderungan orang memilih selibat.
Dalam agama Islam, selibat cenderung dihindari karena umat Islam disunnahkan (beberapa pihak berpendapat wajib) untuk menikah.

    3.       Hedonisme
pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan. Hedonisme merupakan ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia.

    4.       Etimologi
adalah pandangan hidup yang menganggap kebahagiaan sebagai tujuan segala tindak-tanduk manusia. Dalam eudaimonisme, pencarian kebahagiaan menjadi prinsip yang paling dasariah. Kebahagiaan yang dimaksud bukan hanya terbatas kepada perasaan subjektif seperti senang atau gembira sebagai aspek emosional, melainkan lebih mendalam dan objektif menyangkut pengembangan seluruh aspek kemanusiaan suatu individu (aspek moral, sosial, emosional, rohani). Dengan demikian, eudaimonisme juga sering disebut etika pengembangan diri atau etika kesempurnaan hidup.




RUMUSAN MASALAH
          1.       Manusia dan Pandangan Hidup
          2.       Pandangan hidup MAHATMA GANDHI




BAB II
PEMBAHASAN


MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP

    A.      PENGERTIAN PANDANGAN HIDUP

Setiap manusia pasti mempunyai pandangan hidup. Sedangkan pandangan hidup itu sendiri bersifat kodrati. karena itu menentukan masa depan setiap manusia. Untuk itu perlu dijelaskan pula apa arti pandangan hidup itu sendiri. Pandangan hidup adalah pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman, arahan, dan petunjuk hidup di dunia. Pendapat atau pertimbangan itu sendiri merupakan hasil pemikiran manusia berdasarkan pengalaman sejarah menurut waktu dan tempat hidupnya.
Pandangan hidup itu banyak sekali macam dan ragamnya. Dapat diklasifikasikan berdasarkan asalnya ada 3 macam, yaitu :

·         Pandangan hidup yang berasal dari agama yaitu pandangan hidup yang mutlak kebenarannya.
·         Pandangan hidup yang berupa ideologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat pada negara tersebut.
·         Pandangan hidup hasil renungan yaitu pandangan hidup yang relatif kebenarannya.

    B.      CITA-CITA 

Cita-cita adalah keinginan, harapan dan tujuan yang selalu ada dalam pikiran. Itu semua merupakan yang harus diperoleh seseorang pada masa mendatang. Apabila cita-cita itu tidak bisa terpenuhi, maka cita-cita itu sendiri di sebut dengan angan-angan. Diantara masa sekarang yang merupakan realita dengan masa yang akan datang sebagai ide atau cita-cita terdapat jarak waktu.
Ada 3 faktor yang mempengaruhi untuk mencapai cita-cita tersebut, yaitu :

·         Faktor Manusia, tergantung dari dirinya sendiri apa dia mau mencapai cita-citanya atau tidak. Dan harus dilakukan dengan usaha nya sendiri.
·         Faktor kondisi, sesuai kondisi yang sedang dia rasakan. Apa dia bisa menempati sesuai kondisi yang dia alami atau tidak.
·         Faktor tingginya cita-cita, semakin tinggi cita-cita kita semakin besar pula usaha yang harus kita lakukan tergantung apa cita-cita yang kita inginkan.


    C.       KEBAJIKAN 

Kebajikan atau perbuatan yang mendatangkan kebaikan pada hakekatnya sama dengan perbuatan moral, perbuatan yang sesuai dengan norma agama dan etika. Manusia berbuat baik karena menurut kodratnya manusia itu baik, makhluk yang bermoral dan beretika. Atas dorongan suara hatinya cenderung manusia untuk berbuat kebaikan.
Manusia merupakan makhluk sosial yang artinya : manusia yang hidup bermasyarakat, manusia yang saling membutuhkan satu dengan yang lainnya, manusia saling tolong menolong dan saling menghargai sesama umat manusia. Sebaliknya pula manusia saling mencurigai, saling membenci, saling merugikan, dan sebagainya.

Ada 3 hal faktor-faktor yang menentukan tingkah laku setiap manusia, yaitu :

·         Faktor pembawaan (heriditas) yang telah ditentukan pada waktu seseorang masih dalam kandungan.
·         Faktor lingkungan dimana mereka tinggal dan hidup dalam lingkungan yang baik   maupun tidak baik.
·         Faktor pengalaman yang khas yang pernah dialami sewaktu dia mulai hidup dan hingga sampai dewasa.

    D.      USAHA / PERJUANGAN

Usaha atau perjuangan adalah kerja keras untuk mewujudkan suatu cita-cita yang di inginkan. Setiap manusia harus bekerja keras demi kelangsungan hidupnya. Sebagian hidup manusia adalah usaha atau perjuangan. Perjuangan untuk hidup itu sudah kodrat manusia, tanpa usaha atau perjuangan manusia tidak dapat hidup sempurna. Bila kita menginginkan sukses kunci nya kita harus berusaha dan berdoa. Berusaha dalam artian belajar dengan tekun, rajin dan giat.
Kerja keras itu dapat dilakukan dengan otak atau ilmu maupun dengan tenaga atau jasmani. Untuk bekerja keras manusia dibatasi oleh kemampuan karena kemampuan terbatas itulah menjadi tolak ukur setiap kemakmuran antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya.Kemampuan itu terbatas pada fisik dan keahlian atau keterampilan dari manusia itu sendiri.


    E.      KEYAKINAN / KEPERCAYAAN

Keyakinan atau kepercayaan yang menjadi dasar pandangan hidup berasal dari akal atau kekuasaan allah. Menurut Prof. Dr. Harun Nasution, ada 3 aliran filsafat yaitu :

1.       Aliran Naturalisme
Hidup manusia itu dihubungkan dengan kekuatan gaib yang merupakan kekuatan tertinggi. Kekuatan gaib itu dari natur dan itu dari allah.

2.       Aliran Intelektualisme
Dasar aliran ini adalah logika atau akal. Manusia mengutamakan akal dan dengan akal manusia berpikir.
3.       Aliran Gabungan
Dasar aliran ini adalah kekuatan gaib dan juga akal. Kekuatan gaib misalnya kekuatan yang berasal dari allah dan percaya adanya allah sebagai dasar keyakinan.


    F.       LANGKAH-LANGKAH BERPANDANGAN HIDUP YANG BAIK
Setaip manusia pasti mempunyai pandangan hidup yang berbeda walau bagaimanapun bentuknya. Bagaimanapun bentuk suatu pandangan hidup itu tergantung pada diri kita sendiri. Ada yang memperlakukan pandangan hidup itu sebagai sarana untuk mencapai tujuan dan ada juga yang memperlakukannya sebagai penimbul kesejahteraan, ketentraman dan sebagainya.
Pandangan hidup sebagai sarana untuk mencapai tujuan dan cita-cita dengan baik. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :

1.       Mengenal
kita harus mengenal dulu diri kita sendiri itu seperti apa dan bagaimana untuk menyesuaikan nya.

2.        Mengerti
kita harus mengerti semua apa yang telah kita lakukan dan apa yang sudah kita lakukan.

3.       Menghayati
apabila kita sudah mengenal dan mengerti selanjutnya kita harus menghayatinya dengan hati. Dalam artian kita melakukan nya sesuai keinginan dalam hati kita.

4.       Meyakini
Dalam melakukan suatu kegiatan kita harus menyakini dengan hati yang bersih dan berserah diri kepada allah. insyaallah kita akan di berikan suatu petunjuk yang bener oleh allah.

5.       Mengabdi
Setelah semua yang tadi telah kita lakukan tinggal kita mengabdi kepada negara dimana tempat kita tinggal. Dan tidak lupa juga membalas semua kebaikan kedua orangtua kita karna tanpa doa orangtua kita tidak akan bisa sukses.




  
PANDANGAN HIDUP MAHATMA GANDHI




Gandhi adalah salah seorang yang paling penting yang terlibat dalam Gerakan Kemerdekaan India. Dia adalah aktivis yang tidak menggunakan kekerasan, yang mengusung gerakan kemerdekaan melalui aksi demonstrasi damai.
Maka setidaknya itulah yang melatarbelakangi penulisan makalah ini meskipun didalamnya hanya menyinggung kecil sebagian biografi dan pemikiran seorang Mahatma Gandhi sebagai aktivis di India.

    1.     Biografi

Gandhi lahir pada 2 Oktober 1869 di negara bagian Gujarat di India. Beberapa dari anggota keluarganya bekerja pada pihak pemerintah. Saat remaja, Gandhi pindah ke Inggris untuk mempelajari hukum. Setelah dia menjadi pengacara, dia pergi ke Afrika Selatan, sebuah koloni Inggris, di mana dia mengalami diskriminasi ras yang dinamakan apartheid. Dia kemudian memutuskan untuk menjadi seorang aktivis politik agar dapat mengubah hukum-hukum yang diskriminatif tersebut. Gandhi pun membentuk sebuah gerakan non-kekerasan.
Ketika kembali ke India, dia membantu dalam proses kemerdekaan India dari jajahan Inggris; hal ini memberikan inspirasi bagi rakyat di koloni-koloni lainnya agar berjuang mendapatkan kemerdekaannya dan memecah Kemaharajaan Britania untuk kemudian membentuk Persemakmuran.
Rakyat dari agama dan suku yang berbeda yang hidup di India kala itu yakin bahwa India perlu dipecah menjadi beberapa negara agar kelompok yang berbeda dapat mempunyai negara mereka sendiri. Banyak yang ingin agar para pemeluk agama Hindu dan Islam mempunyai negara sendiri. Gandhi adalah seorang Hindu namun dia menyukai pemikiran-pemikiran dari agama-agama lain termasuk Islam dan Kristen. Dia percaya bahwa manusia dari segala agama harus mempunyai hak yang sama dan hidup bersama secara damai di dalam satu negara.
Pada 1947, India menjadi merdeka dan pecah menjadi dua negara, India dan Pakistan. Hal ini tidak disetujui Gandhi.
Prinsip Gandhi, satyagraha, sering diterjemahkan sebagai "jalan yang benar" atau "jalan menuju kebenaran", telah menginspirasi berbagai generasi aktivis-aktivis demokrasi dan anti-rasisme seperti Martin Luther King, Jr. dan Nelson Mandela. Gandhi sering mengatakan kalau nilai-nilai ajarannya sangat sederhana, yang berdasarkan kepercayaan Hindu tradisional: kebenaran (satya), dan non-kekerasan (ahimsa).
Pada 30 Januari 1948, Gandhi dibunuh seorang lelaki Hindu yang marah kepada Gandhi karena ia terlalu memihak kepada Muslim.


    2.     Pemikiran Mahatma Gandhi
Pemikiran Mahatma Gandhi banyak dipengaruhi oleh lingkungan masa kecilnya yakniorang tuanya, desanya dan masyarakat sekitar. Lebih-lebih suasana religius Hinduismeyang menjiwai setiap orang India. Selama perjuanganya di Afrika Selatan, Gandhi mengembangkan lebih dalam keyakinan spiritualnya.
Pemikiran Mahatma Gandhi Sebenarnya tidak begitu kompleks; justru sebaliknya, Gandhi dengan tegas memilih kesederhanaan, tidak hanya dalam menjelaskan ajarannya tetapi juga dalam praktek hidup. Hal itu nampak pada konsepnya tentang Tuhan, alam dan kehidupan dunia.
Konsep pemikiran Gandhi bersumber pada tradisi pemikiran India pada umumnya dan Hindu pada khususnya. Tradisi pemikiran India antara lain mempunyai kecenderungan yang bersifat spiritual, menempatkan intuisi sebagai sarana untuk memperoleh kebenaran; bersifat monistis; selalu mempertimbangkan hal-hal yang bersifat tradisional dan bersedia menerima komentar-komentar dari para pemikir. Pemikiran tersebut mengacu pada coraknya yang bersifat kerohaniahan dan kesediaannya mengadakan adaptasi terhadap aliran-aliran pemikiran yang lain.
Pemikiran Mahatma Gandhi bertumpu pada pemikiran India dan ditumbuh kembangkan oleh pemikiran yang lain yang ia ketahui  sejauh hal itu tidak bertentangan dengan Hinduisme. Adapun konsep-konsep pemikirannya secara garis besar dapat dikemukakan sebagai berikut :
Tuhan, sebagaimana yang ia yakini adalah kebenaran dan kasih. Tuhan adalah etika dan moralitas. Tuhan merupakan wujud universal yang meliputi segala sesuatu, dan manusia merupakan bagian terkecil. Konsep mengenai Tuhan sebagai realitas tidak dapat dipisahkan dari pemahaman Gandhi mengenai kebenaran.  Gandhi meyakini bahwa eksistensi kebenaran/Tuhan tidak bisa dibuktikan, tetapi hanya bisa dihayati.  Ia mengungkapkan bahwa sifat dan wujud Tuhan bukan personal dan mempribadi, melainkan impersonal dan hanya bisa ditangkap melalui keyakinan dan melalui pemahaman. Dia menulis  “Di sini ada kekuatan misterius yang tidak bisa didefinisikan, tidak terbatas, dan meliputi segalanya. Saya merasakannya, meskipun tidak melihatnya”. Bukti lahiriah tentang Tuhan tidaklah perlu, karena kita pasti gagal merasakannya melalui indera kita. “ Musik ilahi tanpa hentinya akan mengalun dalam diri kita, tetapi perasaan kita yang gaduh akan menelan bunyi musik yang halus itu, yang bunyinya tidak sama dan jauh lebih tinggi dari apa pun yang dapat kita rasakan atau dengar dengan indera kita”. Tuhan/kebenaran tidak bisa dicerap oleh panca indera yang seringkali menipu kita tetapi hanya bisa dirasakan melalui jiwa yang merupakan perwujudan kesucian atau fitrah dalam diri.
Kehadiran Tuhan dapat dirasakan atau dilihat dari adanya realitas di hadapan kita, realitas alam yang teratur, sebagai contoh, bukanlah semata-mata keteraturan yang buta, sebab keteraturan itu mempunyai arah, hukum seperti itu dipahaminya sebagai Tuhan.  Jalan menemukan Tuhan yaitu dengan melihat dan bersatu dengan ciptaan-Nya. Inilah kebenaran yang dimaksud Gandhi, dan bersatu, berdamai, selaras dengan ciptaan itu disebut sebagai ahimsa.
Ahimsa tidak sebatas hanya pada keyakinan atau sikap saja, tetapi lebih merupakan suatu keseluruhan hidup yang ahimsa, yang meliputi pikiran, tindakan, dan ucapan. Ahimsa mencakup seluruh ciptaan, itu artinya bahwa orang harus berlaku secara ahimsa kepada siapa pun. Ahimsaditujukan kepada mereka yang mempunyai keteguhan jiwa, bukan kepada mereka yang lemah dan suka kompromi. Hanya mereka yang mampu mengalahkan ketakutanlah yang sungguh-sungguh dapat memiliki ahimsa, sehingga benar-benar ia menjadi orang yang seluruh hidupnya hanya mau berpegang pada kebenaran atau Satyagraha.
Menjadi Satyagrahi atau orang yang cinta akan kebenaran seseorang diwajibkan untuk melakukan tindakan disiplin diri dan sikap pengabdian, karena penekanannya pada pencapaian ketinggian moral. Untuk itu perlu melatih dan terus menerus dalam disiplin, kesadaran diri dan kebersihan lahir dan batin (Brahmacharya).
Sementara mengenai kebenaran dunia atau alam, adalah suatu ciptaan Tuhan yang digunakan sebagai lahan bagi manusia untuk mewujudkan dirinya dengan bimbingn moral. Gandhi beranggapan bahwa manusia hidup dalam arti yang sebenar-benarnya apabila bersatu dengan alam, karena hakikat manusia akan selalu berhubungan dengan alam atau dunia. Menurut keyakinannya hidup di dunia merupakan jembatan bagi kehidupan yang abadi, sejauah hal itu dimengerti secara sadar.
Mengenai manusia, Gandhi berpendapat bahwa pada hakikatnya manusia terdiri dari jasmani dan rohani. Manusia juga mempunyai kasadaran, rasio, kehendak, emosi dan rasa keindahan. Dengan kesadaran manusia dapat mengambil jarak dengan lingkungannya. Sementara rasio menyebabkan manusia sanggup bertanya dan menjawab terhadap kesadarannya. Selanjutnya dengan kehendak dapat direalisasikan apa yang menjadi pemikirannya. Dengan emosinya manusia dapat mengetahui suasana hati dan mengetahui hubungan antar sesama. Ahirnya dengan keindahan manusia dapat menghargai produk budaya bangsa bagaimana corak dan bentuknya.


    3.     Mahatma Gandhi Perjuangan dan Pemikiran
            ….apabila kekerasan dibalas dengan kekerasan hanya akan melahirkan kebencian dan tidak melahirkan bibit-ninitpermusuhan baru.  Gandhi mengajarkan kita pada pentingnya memperjuangkan sesuatu berdasarkan kebenaran(satyagraha). Lebih lanjut, perjuangan itu juga harus berada di jalan yang benar dan bermoral. 
               Gandhi telah mulai merintis perjuangannya sejak di berada di Afrika Selatan. Pada tahun 1893 dimana dia melihat adanya perlakuan diskriminasi yang dilakukan oleh pemerintah setempat terhadap masyarakat India, serta masyarakat kulit hitam di sana untuk melakukan tindakan non-kooperasi terhadap pemerintah / penguasa Afrika Selatan. 
               Gandhi menemukan penindasan tidak hanya pada mereka yang membangkang, namun juga pada yang luka-luka dan meregang nyawa. Dalam catatan hariannya, Gandhi menulis, "Saat itu tak ada orang Eropa yang bersedia membantu membalut luka mereka...Kami harus membersihkan luka-luka orang Zulu yang tidak dirawat setidaknya setelah lima atau enam hari yang lalu, karena itu luka-lukanya membusuk dan sangat menakutkan. Kami menyukai pekerjaan kami."Situasi itu menjadi peletup kesadaran Gandhi bahwa kekerasan tak bisa diselesaikan dengan kekerasan. Bila mata dibalas dengan mata, semua manusia akan gelap mata. Kesadaran lain yang muncul saat itu adalah bahwa ia harus memberikan pelayanan terhadap semua manusia dengan segenap jiwa raganya.
            Kesadaran ini diwujudkan dalam prinsip perjuangan: bramkhacharya (mengendalikan hasrat seksual), satyagraha (kekuatan kebenaran dan cinta), swadeshi (memenuhi kebutuhan sendiri) dan ahimsa (tanpa kekerasan terhadap semua makhluk). Setelah itu, Gandhi terus-menerus melakukan perlawanan kesewenang-wenangan dengan gerakan tanpa kekerasan. Misalnya, Gandhi menolak aturan diskriminatif dengan mogok makan, berjalan kaki bermil-mil, membuat garam sendiri ketika semua rakyat harus membeli garam dari pemerintah Inggris, dan sebagainyaBagi Gandhi, hasrat seksual merupakan sumber dari kejahatan dan cenderung mementingkan diri sendiri, yaitu nafsu, amarah, dan agresi. Hasrat seksual dapat ditaklukkan melalui penolakan terhadap adanya pamrih yang selalu mengikuti perbuatan, untuk itulah ia bertekad menjalani prinsip bramkhacharya. Ketiadaan pamrih dapat dilakukan bila jiwa terikat pada prinsip Kebenaran Ilahiah. Inilah prinsip satyagraha, yaitu kepercayaan bahwa jiwa dapat diselamatkan dari kejahatan dunia, dan juga dapat memberikan pertolongan, sejauh jiwa itu senantiasa berada dalam pencariannya terhadap Tuhan melalui kebenaran dan hanya kebenaran.Swadeshi dapat diartikan dalam beberapa arti yang bermacam-macacm oleh kaum politik Indiaitu sendiri. Ada yang mengartikan sebagai suatu boikot tak mau membeli barang-barang buatan Inggris, yakni sebagi suatu taktik pejuangan menyerang.
             Ada pula yang mngartikan sebagai hanya sebagai usaha positif memajukan kerajinan sendiri, pertukangan sendiri, industrialisme sendiri. Ada yang memandangnya sebagai suatau senjata politik, dan ada yang pula yang memandangnya sebagai suatu usaha ekonomi yang bersangkutan dengan politik sama sekali.Sementara itu, ahimsa adalah kekuatan cinta, suatu penghormatan pada semua bentuk kehidupan. Ini adalah ajaran yang dimiliki semua agama, yaitu manusia memiliki kewajiban menghindari kejahatan dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik di dunia. Tentang ahimsa Gandhi menyatakan, "Ahimsa...bukan sekadar tingkatan tidak melakukan penyerangan secara negatif tetapi...tingkatan cinta yang positif, berbuat baik bahkan kepada pelaku kejahatan".  Ajaran Gandhi ini didasarkan pada beberapa asumsi. Pertama, kemerdekaan dan kesejahteraan hanya dapat dimulai dari kemandirian individu. Maka masing-masing individu-individu harus mampu menyalurkan hasrat negatifnya pada tindakan-tindakan positif.Kedua, Gandhi meyakini bahwa perkembangan dan kemajuan akan diperoleh tidak melalui konsesi-konsesi dan reformasi-reformasi konstitusional, tetapi melalui perjuangan yang dilakukan oleh rakyat sendiri secara bersama. Untuk dapat membangkitkan kebersamaan itu dibutuhkan kekuatan cinta dan kerelaan untuk mengalami penderitaan rakyat.
           Cinta dan penderitaan sesama inilah yang dapat merekatkan perbedaan identitas dalam relasi saling ketergantungan yang dapat menghentikan konflik.Melalui ajarannya itu, sejak tahun 1906, Gandhi terus-menerus berjuang melawan penjajahan dengan cinta dan solidaritas. Sejak tahun itu, Gandhi menyerukan kepada seluruh rakyat India untuk membuat beberapa bentuk kerajinan tangan sehingga tak ada lagi yang akan menjadi beban masyarakat. Gandhi berseru kepada rakyat India untuk menemukan kembali hubungan yang murni dan orisinil antara manusia dengan alam, karena dia yakin bahwa perceraian dengan alam adalah sumber dari segala penyakit.Gandhi berseru agar rakyat mendidik dirinya mengenai dasar-dasar kesehatan dan lingkungan yang sehat, supaya bisa mencegah dan menghentikan bibit-bibit penyakit. Gandhi berseru agar melakukan berbagai aktivitas semacam pemeliharaan hutan dan memelihara lebah, membuat barang pecah belah dan kertas, sehingga tak ada seorang pun yang tidak mempunyai makanan, peralatan atau buku.Gandhi berseru untuk mengembangkan pendidikan dasar melalui program kerja dan belajar di sekolah, sehingga anak-anak tumbuh dengan mengetahui cara membaca, menulis dan bagaimana bekerja dengan tenaga fisik. Gandhi menyerukan kepada rakyat berpartisipasi dalam majelis-majelis desa dan dengan cara ini rakyat dapat belajar memecahkan masalahnya sendiri.Gandhi dengan ajaran anti kekerasan (ahimsa) yang dilakukan untuk kemerdekaan India telah memberi inspirasi kepada seluruh dunia. Dengan ajaran-ajarannya tersebut, hidup sederhana pun ia jalani. Dengan ahimsa perlawanannya cukup memberikan kekuatan kepada rakyat untuk turut serta melawan kekerasan. Ahimsa adalah perjuangan dengan kekuatan cinta dan kasih sayang.
             Perjuangan untuk tidak menyakiti baik fisik maupun pikiran sehingga ahimsa bukan semata-mata menyakiti secara fisik. Melainkan perjuangan untuk melawan suatu ketidakbenaran. Ajaran ahimsa yang dianut oleh Gandhi menurut penulis merupakan bentuk representasi dari pengalaman uang diterimanya dalam lingkingan keluarganya, karena sebagaimana yang telah diketahui bahwa Gandhi berasal dari keluarga yang religius yang menghargai nilai-nilai kemanusiaan dan rasa cinta kasih terhadap sesame.Ajaran selanjutnya dari Gandhi adalah swadesi atau berusaha untuk mandiri dengan mencukupi kebutuhan diri sendiri. Ini tidak serta merta dilakukan begitu saja, namun harus dibangun sistem untuk menciptakan kekuatan baik pada diri maupun kepada rakyat. Misalnya membangun perekonomian yang menghidupkan kekuatan masyarakat sehingga menghilangkan ketergantungan pada pihak asing. Pendidikan juga memiliki peran penting dalam mewujudkan kemandirian ini, karena disinilah karakter masyarakat dibentuk untuk melakukan pengendalian diri. Bagi penulis, ajaran ini merupakan bentuk kekhawatiran Gandhi terhadap masuknya produk-produk asing ke India sehingga masyarakat India semakin konsumtif untuk itulah kemudian dia mengajak rakyat India agar mau untuk memproduksi barang-barangnya sendiri tanpa harus bergantung terhadap produk asing.Bramkhacharya merupakan salah satu prinsip ajaran Gandhi yang terlihat tidak terlalu menonjol dibanding ajaran-ajarannya yang lain.
          Ajaran ini memusatkan diri pada pengendalian hawa nafsu (seksual), dimana dia beranggapan bahwa segala kejahatan di muka bumi ini dapa diredam apabila manusia dapat mengendalikan hawa nafsunya. Bagi penulis ajaran tersebut cukup baik, namun mematikan hasrat seksual bagi manusia dapat menghancurkan peradaban manusia itu sendiri.Melalui satyagraha, berpegang teguh pada kebenaran yang dibarengi dengan teladan membuat Gandhi diikuti oleh banyak pengikutnya. Apalagi dengan ditambah kejujuran dan kesederhanaan Gandhi. Satyagraha menekankan sebuah perjuangan menentang ketidakadilan melalui kesediaan diri menanggung penderitaan. Beberapa gerakan satyagraha yang dipimpin Gandhi di India adalah berjuang untuk para petani miskin pribumi Champaran, pemogokan buruh pabrik di Ahmedabad dan Kheda, melakukan pembaruan pada Konggres Nasional India dan yang paling fonumental adalah mengubah resolusi penting menuntut status dominian bagi India dibawah pengawasan gerakan Satyagraha di seluruh India di Kalkutta pada Desember 1928.
             Gandhi adalah pemimipin yang paling inspirasional pada awal abad 20. Advokasinya tentang aksi ketidakpatuhan warga serta tanpa kekerasan adalah cara yang paling efektif untuk mencapai perubahan sosial yang mempengaruhi pergerakan-pergerakan lain di dunia, seperti perjuanagan Marthin Luther King Jr. di Amerika Serikat yang terinspirasi oleh perjuangannya dalam menuntut persamaan hak dan penghapusan tindakan diskriminasi antara masyarakat kulit putih terhadap masyarakat kulit hitam.Jika ajaran Mahatma Gandhi diikuti, relatif hal itu akan bisa terhindari. Andaikan banyak pihak mau mengikuti gerakan ahimsa (ajaran yang menolak kekerasan), maka korban kemanusiaan tidak akan terjadi. Karena apabila kekerasan dibalas dengan kekerasan hanya akan melahirkan kebencian dan tidak melahirkan bibit-ninit permusuhan baru.  Gandhi mengajarkan kita pada pentingnya memperjuangkan sesuatu berdasarkan kebenaran (satyagraha). Lebih lanjut, perjuangan itu juga harus berada di jalan yang benar dan bermoral. 











BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Mahatma Gandhi’s Top 10 Fundamentals for Changing the World:
1.      Change Yourself
You must be the change you want to see in the world.” Kau sendiri mesti menjadi perubahan seperti yang kauinginkan terjadi dalam dunia.
Perubahan mesti dimulai dari diri sendiri. Jangan mengharapkan perubahan dari dunia luar. Jangan menunda perubahan diri hingga dunia berbeda. Coba perhatikan, dunia ini senantiasa berubah. Kalau kita tidak ikut berubah, kita menciptakan konflik antara diri kita dan dunia ini. Pengotakan manusia berdasarkan suku, ras, agama, kepercayaan dan lain sebagainya lahir dari pikiran yang masih belum dewasa. Pikiran yang masih hidup dalam masa lampau, masih sangat regional atau parsial, belum universal. Pikiran seperti inilah yang telah mengacaukan negeri kita saat ini. Kita hidup dalam kepicikan pikiran kita, dalam kotak-kotak kecil pemikiran kita, tetapi ingin menguasai seluruh Nusantara, bahkan kalau bisa seluruh dunia. Jelas tidak bisa.

2.      You Are in Control
Nobody can hurt me without my permission.” Tak seorang pun dapat menyakitiku bila aku tidak mengizinkannya.
Karna seorang bijak, seorang dermawan, seorang pemimpin yang ideal, tetapi seluruh kebaikannya itu seolah terlupakan oleh sejarah karena keberpihakannya pada Adharma, pada pelaku kejahatan. Bila ingin menjadi seorang pemimpin, jangan memelihara virus sakit hati. Terlebih lagi jangan sampai penyakit itu dijadikan pemicu dan motivasi untuk maju ke depan. Bila kita merasa bisa disakiti, kita sungguh lemah. Perasaan itu saja sudah membuktikan bahwa kita tidak layak untuk menjadi pemimpin. Setiap aksi menimbulkan reaksi yang setimpal. Ini merupakan hukum alam. Setiap orang bertanggung jawab atas perbuatannya. Setiap orang bertanggung jawab terhadap alam, terhadap keberadaan – terhadap Tuhan. Janganlah sekali-kali membalas aksi kejahatan dengan kejahatan, kekerasan dengan kekerasan, karena setiap orang yang membalas kejahatan dengan kejahatan menjadi jahat. Setiap orang yang membalas kekerasan dengan kekerasan menjadi keras.
3.      Forgive and Let It Go
The weak can never forgive. Forgiveness is the attribute of the strong. An eye for eye only ends up making the whole world blind”. Seorang lemah tidak dapat memaafkan. Kemampuan untuk memaafkan hanya ada pada mereka yang kuat. Bila pencungkilan mata dibalas dengan mencungkil mata, seluruh dunia akan menjadi buta.
                Memaafkan berarti tidak membenci para pelaku kejahatan. Bujuklah mereka, berilah kesempatan untuk mengubah diri. Namun bila mereka tidak memanfaatkan kesempatan itu, tidak mau mengubah diri dan tetap menggunakan kekerasan, kewajiban kita lah untuk memastikan mereka dikarantina beberapa waktu. Karena itu penjara, bui, atau lembaga pemasyarakatan kita mesti berubah menjadi Lembaga Pengembangan Diri, Lembaga Pembenahan Diri, Lembaga Pencerahan Diri. Jangan memenjarakan jiwa mereka dalam kotak-kotak baru “ penafsiran agama yang sempit”, yang selama itu sudah menjadi sumber dari sekian banyak konflik dan persoalan. Bebaskan nilai-nilai luhur keagamaan dari pemahaman kita yang sangat jauh dari keluhuran. Banyak penafsir agama di antara kita justru membenarkan aksi balas dendam. Mereka tidak menginginkan kita melupakan kejadian-kejadian penuh kekerasan yang terjadi pada masa lalu. Mereka tidak menginginkan kita melupakan sejarah suram yang sudah tidak relevan dan tidak konstektual lagi dengan zaman kita.

4.      Without Action You Aren’t Going Anywhere
An ounce of practice is worth more than tons of preaching.” Satu ons tindakan lebih baik daripada berton-ton dakwah.
Bicara memang mudah. Melakoni sesuatu memang tidak mudah, tetapi apa arti sesuatu yang hanya dibicarakan, dan tidak dikerjakan, tidak dilakoni? Kita boleh bicara tentang keamanan bagi semua, keadilan dan kesejahteraan bagi semua, kedamaian dan kebahagiaan bagi semua, kenyataannya apa? Kita masih saja memikirkan kepentingan kelompok dan kepentingan partai di atas kepentingan umum. Bundelan buku di atas seekor keledai, kata Imam Ghazali, tak mampu mengubah keledai itu menjadi seorang cendekiawan.

5.      Take Care of This Moment
I do not want to foresee the future. I am concerned with taking care of the present. God has given me no control over the moment following.” Aku tak ingin melihat apa yang dapat terjadi di masa depan. Aku peduli pada masa kini. Tuhan tidak memberiku kendali terhadap apa yang dapat terjadi sesaat lagi.
Seperti inilah kejujuran seorang Gandhi. Ia tidak mengaku dapat melihat masa depan. Ia tidak mengaku memperoleh bisikan dari siapa-siapa. Ia mengaku dirinya orang biasa, tidak lebih penting darpada orang yang derajatnya paling rendah, paling hina dan dina. Gandhi tidak ragu, tidak bimbang, tidak bingung, karena ia hidup dalam kekinian. Ia bisa bertindak sesuai dengan nuraninya karena tidak menghitung laba-rugi. Mereka yang ragu, bimbang, dan bingung adalah orang yang tidak bisa hidup dalam kekinian. Mereka selalu menghitung laba-rugi. Untuk mengubah hidup kita kini, berkaryalah sekarang dan saat ini juga. Bahkan. Jangan memboroskan energi untuk berpikir tentang hasil karya. Bila karya kita baik, hasilnya pun sudah pasti baik. Yakinilah hal ini.

6.      Everyone Is Human
I Claim to be a simple individual liable to err like other fellow mortal. I own, however, that I have humility enough to confess my errors and to retrace my steps. It is unwise to be too sure of one’s own wisdom. It is helathy to be reminded than the strongest might weaken and the wisest might err.” Aku hanyalah seorang manusia biasa yang dapat berbuat salah seperti orang lain juga. Namun, harus kutambahkan bahwa aku memiliki kerendahan hati untuk mengakui kesalahanku dan memperbaikinya. Adalah tidak bijaksana bila kita terlalu yakin akan kebijakan sendiri. Kita mesti ingat bahwa sekuat apa pun kita bisa menjadi lemah, sebijak apa pun bisa berbuat salah.
Menjadi “manusia biasa” adalah tujuan setiap manusia. Manusia tidak lahir untuk menjadi sesuatu yang lain. Ia tidak lahir untuk menjadi malaikat atau dewa. Ia lahir untuk menjadi manusia. Manusia biasa. Namun betapa sulitnya menjadi “manusia biasa”. Adalah sangat mudah bagi kita untuk mengaku sebagai “ini” dan “itu” – sebagai umat dari agama tertentu, sebagai alumni dari universitas tertentu, sebagai politisi dari partai tertentu.dan, betapa sulit bagi kita untuk mengaku, “aku orang Indonesia”. Karena kita ingin menunjukkan bahwa diri kita beda. Ya, masing-masing ingin berucap, “ Akubukan orang biasa; aku luar biasa”.

7.      Persist
First they ignore you, then they laugh at you, then they fight you, then you win.” Awalnya mereka meremehkanmu, kemudian menertawakanmu, kemudian melawanmu, lalu kau keluar sebagai pemenang.
Ketika sedang dibombardir dengan segala macam tuduhan dan kritik, semangat kita memang bisa melemah. Tetapi jangan sekali-kali membiarkan mereka mematahkan semangat kita. Jadilah motivator bagi diri sendiri. Sesungguhnya kita tidak membutuhkan motivator di luar diri. Bila kita percaya pada motivator di luar diri, mau tak mau kita pun akan memercayaai para provokator di luar diri. Motivator dan provokator adalah insan sejenis. Dua-duanya ingin menguasai diri kita. Untuk itu, terlebih dahulu mereka mesti melemahkan diri kita, karena hanya diri yang lemah yang dapat dikuasai. Dunia ini ibarat medan perang Kurusetra. Di medan ini kita akan menemukan Kurawa yang berpihak pada adharma, dan Pandawa yang berpihak pada dharma. Di medan ini pula kita dapat berharap bertatap muka dengan sang Sais Agung, Sri Krishna. Bila ragu, bila bimbang, tanyalah kepada Krishna yang bersemayam dalam diri. Dialah Sang Mahaguru Sejati.

8.      See the Good in People and Help Them
I look only the good qualities of men. Not being faultless myself, I won’t presume to probe into the faults of others. Man becomes great exactly in the degree in which he works for the welfare of his fellow-men. I suppose leadership at one time meant muscles, but today it means getting with people.” Aku hanya melihat sifat baik di dalam diri sesama manusia. Karena aku sendiri tidak sepenuhnya bebas dari keburukan, aku tidak membedah orang lain untuk mencari keburukan mereka. Manusia menjadi besar selaras dengan kebaikan yang dilakukannya bagi kesejahteraan sesama manusia. Barangkali otot menjadi tolok ukur bagi kepemimpinan pada masa lalu, Sekarang tolok ukuranya adalah hubungan dengan sesama manusia.
Bila memang demikian, kenapa kau ingin mengusir Inggris dari India? Kenapa kita tidak bisa hidup berdampingan dengan mereka? Karena negeri ini adalah negeri kita, dan sudah sepatutnya kita sendiri yang mengurusinya. Mereka tidak perlu mengurusi kita. Kaum penjajah tidak puas dengan hidup berdampingan. Mereka ingin berkuasa. Selalu demikian. Di India demikian; di Indonesia pun sama. Dan, hal itu melanggar dharma. Membiarkan diri kita dijajah, bukanlah dharma. Karena itu, kita mesti melawan.

9.      Be Congruent, Be Authentic, Be Your True Self
Happiness is when what you think, what you say, and what you do are in harmony. Always aim at complete harmony of thought and word and deed. Always aim at purifying your thoughts and everything will be well.” Keselarasan antara apa yang kaupikirkan, apa yang kau ucapkan dan apa yang kaulakukan itulah kebahagiaan. Jadikan keselarasan antara pikiran, ucapan dan tindakan sebagai tujuanmu. Jadikanlah pemurnian pikiran sebagai tujuanmu, maka semuanya akan beres.
Keselarasan adalah Rumus Utama untuk meraih Kebahagiaan dalam hidup ini. Para teroris boleh bersenang-senang, bahkan menikah dalam penjara untuk memastikan bahwa di surga dirinya tidak kesepian. tetapi, apakah mereka bahagia? Dan, bila mereka tidak bahagia di sini, di sana pun tak ada kebahagiaan bagi mereka. Pernah saya baca dalam salah satu kitab suci: Mereka yang di sini buta, di sana pun sama. Mereka yang buta terhadap kesengsaraan sesama manusia berarti jiwamereka memang telah buta. Mereka tidak lagi mempunyai batin. Nurani mereka sudah mati. Jangankan selaras dengan hukum alam, terhadap nilai-nilai luhur kemanusiaan saja mereka sudah tidak selaras. Para teroris yang melakukan aksi pemboman, atau komando laskar-laskar perusak yang menggunakan atribut-atribut keagamaan itu selaras dengan siapa?

10.  Continue to Grow and Evolve
Constant development is the law of life, and a man who always tries to maintain his dogmas in order to appear consistent drives himself into a false position.” Perkembangan terus-menerus itulah hukum alam. Orang yang ingin bertahan dengan dogma-dogma (lama) untuk menunjukkan konsistensi diri, sesungguhnya berada pada posisi yang salah.
Kenapa orang yang seperti itu berada pada posisi yang salah? Karena, perubahan adalah hukum alam. Sementara mereka yang fanatik terhadap dogma-dogma, dan tidak memahami nilai-nilai luhur di baliknya, terperangkap oleh ego mereka sendiri. Ego yang ingin membuktikan dirinya konsisten. Konsistensi dianggap nilai-nilai luhur, padahal tidak demikian. Apa yang konsisten di dalam dunia ini? Apa yang konsisten dalam diri kita? Setiap beberapa tahun, bahkan seluruh sel di dalam tubuh kita berubah total. Dari zaman ke zaman, ajaran-ajaran luhur pun perlu dimaknai kembali, dikonstektualkan. Kebiasaan-kebiasaan lama mesti diuji terus apakah masih relevan, masih sesuai dengan perkembangan zaman.



DAFTAR PUSTAKA
http://dhiiyan-gildy.blogspot.com/2012/05/manusia-dan-pandangan-hidup_13.html
http://dhiiyan-gildy.blogspot.com/2012/05/manusia-dan-pandangan-hidup.html

http://hinduismegue.blogspot.com/2012/11/pemikiran-mahatma-gandhi.htmlhttps://triwidodo.wordpress.com/2011/02/14/sepuluh-10-butir-pandangan-mahatma-gandhi-untuk-mengubah-dunia-renungan-ke-65-tentang-berguru/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BEDAH NOVEL "BIDADARI-BIDADARI SURGA"

ARTIKEL : DESAIN GRAFIS

Kisah Cinta Kasih Dalam Cerita "Salah Asuhan"